Harga emas tertekan dengan penguatan Dolar AS dan Imbal Obligasi AS

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

Emas melanjutkan perjuangannya untuk mendapatkan daya tarik yang berarti, namun sayangnya tetap tertekan di bawah kisaran harga dalam 200-hari terakhir ini, pada awal perdagangan di sesi Eropa pada Kamis (23/06/2022). Emas terlihat diperdagangkan tepat di bawah level $1.930, turun lebih dari 0,25%.

Pasar tampaknya yakin bahwa Fed akan mempertahankan jalur pengetatan kebijakan yang agresif dan telah memperkirakan kenaikan suku bunga 75 bps pada pertemuan FOMC berikutnya di bulan Juli. Sebagaimana ditegaskan kembali oleh Ketua Fed Jerome Powell, dengan mengatakan bahwa kenaikan suku bunga yang sedang berlangsung akan sesuai.

Dalam kesaksiannya di depan Komite Perbankan Senat, Powell menambahkan bahwa Fed berkomitmen kuat untuk menurunkan inflasi dan laju kenaikan suku bunga di masa depan akan terus bergantung pada data yang masuk. Ini, pada gilirannya, dilihat sebagai faktor kunci yang terus bertindak sebagai angin sakal untuk emas yang tidak menghasilkan.

Selain itu, munculnya aksi beli baru dalam dolar AS memberikan sedikit tekanan pada komoditas berdenominasi dolar tersebut. Sisi negatifnya, bagaimanapun, tampaknya tertahan, setidaknya untuk saat ini, di tengah suasana risk-off yang lazim, yang cenderung menguntungkan emas safe-haven. Sentimen pasar tetap rapuh di tengah keraguan bahwa bank sentral utama dapat menaikkan suku bunga untuk menahan lonjakan inflasi tanpa mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Selain itu, rilis mengecewakan dari kilasan data IMP Zona Euro untuk bulan Juni menambah kekhawatiran tentang kemungkinan resesi dan membebani sentimen investor.

Pelarian global ke tempat yang lebih aman menyeret imbal hasil obligasi Treasury AS lebih rendah, yang mungkin menahan bulls USD dari menempatkan taruhan agresif dan lebih lanjut membantu membatasi kerugian untuk emas. Meskipun demikian, pergerakan harga di bawah SMA 200-hari yang signifikan secara teknis mendukung pola perdagangan yang bearish dan menunjukkan bahwa jalur resistensi paling rendah untuk harga spot adalah ke sisi bawah. Namun, akan lebih bijaksana untuk menunggu adaya tindak lanjut aksi jual yang kuat sebelum para pialang mulai memposisikan diri untuk depresiasi jangka pendek lebih lanjut. Setidaknya para pelaku pasar sekarang harus bersabar menantikan kesaksian Ketua Fed Jerome Powell lagi.