Harga emas tertekan dengan penguatan Dolar AS dan Imbal Obligasi AS

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR – Pada awal pekan ini, harga emas masih kuat melanjutkan reli setelah melesat signifikan di akhir perdagangan pekan lalu. Lonjakan kasus infeksi baru virus corona di berbagai belahan dunia memicu terjadinya kecemasan yang membuat aset safe haven ini kebanjiran berkah.

Senin (22/06/2020), harga emas dunia di pasar spot menguat 0,2% ke $ 1.746,37 per troy ons. Harga emas kini mendekati rekor tertingginya di sepanjang tahun di US$ 1.748,98 troy ons pada 20 Mei lalu.

Kasus infeksi corona di berbagai belahan dunia mulai kembali melonjak. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat ada pertambahan kasus sebanyak 183.020 dalam kurun waktu 24 jam di hari Minggu (21/6/2020).

Jika mengacu pada data John Hopkins University CSSE, jumlah kumulatif orang yang terinfeksi virus corona di dunia mencapai 8,9 juta. Amerika Serikat (AS) masih memimpin dengan catatan kasus terbanyak dengan nyaris 2,28 juta kasus disusul Brazil dengan lebih dari 1 juta kasus.

Lonjakan kasus yang terjadi di AS, China dan Negara Amerika Latin ini membuat pasar cemas kalau lockdown kembali akan diterapkan. Jika karantina merupakan jalan terakhir yang dipilih, maka ekonomi akan mati suri lagi.

Dengan kondisi prospek ekonomi yang suram dan penuh ketidakpastian, investor cenderung bermain aman. Naluri risk aversion membuat permintaan terhadap aset minim risiko seperti emas meningkat. Alhasil harganya ikut terangkat.

“Ada peningkatan kasus COVID-19 di seluruh Selatan dan Barat Daya AS dan terjadi kenaikan dalam tingkat rawat inap. … Itu memicu munculnya sedikit kekhawatiran akan terjadinya penutupan lagi yang pada akhirnya menguntungkan emas,” kata Jeffrey Sica, pendiri Investasi Alternatif Circle Circle, melansir Reuters.

Menambah sentimen positif emas adalah berbagai stimulus fiskal maupun moneter diperkirakan masih akan digelontorkan pemerintah dan bank sentral dalam upaya untuk menyelamatkan perekonomian.

Tingkat suku bunga yang rendah serta banjir stimulus ini berpotensi untuk memicu terjadinya inflasi yang tinggi di masa depan. Logam mulia emas pun menjadi semakin menarik di mata investor lantaran emas diyakini sebagai aset lindung nilai (hedging) terhadap depresiasi mata uang.

“Tidak peduli apa konsekuensi jangka panjangnya, seperti inflasi, akan ada stimulus lanjutan di seluruh dunia dan itu akan mendukung prospek harga emas untuk jangka panjang,” kata Sica.

“Harga emas spot belum ditutup di atas $ 1.750, dan jika dan ketika itu terjadi, kami menduga momentum baru dan pembelian baru dari dana lindung nilai yang kurang diinvestasikan akan mendorong harga lebih tinggi menuju $ 1.800,” tulis analis Saxo Bank, Ole Hansen dalam sebuah catatan.

Saat ini harga emas sudah mendekati level psikologis $ 1.750/troy ons. Jika kasus infeksi corona terus tereskalasi baik dari segi jumlah maupun wilayah, bukan tak mungkin harga emas tembus US$ 1.750 bahkan $ 1.800.