Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR – Harga emas tetap stabil di hari Jumat (10/01/2025) selama jam-jam awal perdagangan Asia, bersiap untuk kenaikan secara mingguan terkuatnya sejak pertengahan November. Kenaikan harga saat ini ditengah sikap investor yang menunggu data pekerjaan non pertanian AS. Data ini dianggap penting untuk mengukur seberapa agresif Federal Reserve akan memangkas suku bunga tahun ini.

Pada perdagangan emas di pasar spot, harga tidak berubah pada $2.670,16 per ons, pada pukul 07:44 WIB. Emas batangan telah naik lebih dari 1% sejauh minggu ini. Harga emas berjangka AS naik tipis 0,1% menjadi $2.694,50.

Investor akan mencermati laporan utama angka penggajian dari pemerintah. Menurut survei Reuters, penggajian nonpertanian diperkirakan akan meningkat sebanyak 160.000 pekerjaan pada bulan Desember, menyusul lonjakan sebanyak 227.000 pada bulan November.

Harga emas batangan menguat ke level tertinggi hampir empat minggu pada sesi sebelumnya, didukung oleh permintaan aset safe haven, sementara investor mempertimbangkan bagaimana kebijakan Presiden terpilih AS Donald Trump akan berdampak pada ekonomi dan inflasi.

Donald Trump akan kembali menjabat pada tanggal 20 Januari dan tarif yang diusulkannya serta kebijakan proteksionis diperkirakan akan memicu inflasi.

Sementara itu, Presiden Federal Reserve Kansas City Jeff Schmid mengisyaratkan pada hari Kamis bahwa ia enggan untuk memangkas suku bunga lagi karena bank sentral AS memasuki tahun baru dengan menghadapi ekonomi yang tangguh dan inflasi yang masih di atas target 2%.

Emas batangan digunakan sebagai lindung nilai terhadap inflasi, meskipun suku bunga yang lebih tinggi mengurangi daya tarik untuk memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.

Konsumen utama emas, Cina melaporkan bahwa angka inflasi di tingkat konsumen melambat pada bulan Desember, sementara itu justru terjadi deflasi harga di tingkat produsen yang masih berlanjut. Ini memperkuat alasan perlunya Beijing meningkatkan dukungan kebijakan untuk memperkuat ekonomi yang sedang goyah.