ESANDAR, Jakarta – Perombakan besar terjadi dalam The Federal Reserve beberapa waktu mendatang. Siapapun yang ditunjuk untuk memimpin Bank Sentral AS ini akan memberikan perubahan besar bagi kebijakan bank sentral dimasa depannya, termasuk masalah suku bunga.
Tidak tanggung-tanggung, Presiden Donald Trump memiliki peluang untuk mengganti lima dari tujuh anggota dewan gubernur Bank Sentral AS termasuk pimpinannya, Janet Yellen. Presiden Wodrow Wilson, presiden ke-28 yang memerintah pada 4 Maret 1913 – 4 Maret 1921 merupakan presiden yang sebelumnya mendapatkan hal istimewa ini, yang berlaku pada hampir satu abad silam. Ini berarti bahwa Trump dapat mengganti para pimpinan The Fed yang berada dalam posisi penting dengan orang-orang yang pro dengan pemerintahannya. Nampaknya, orang-orang yang akan ditunjuk mengganti orang-orang tersebut, berbeda jauh. Dengan kata lain, dalam hitungan bulan, The Fed kemungkinan akan memiliki wajah dan perilaku yang akan berbeda jauh dengan masa beberapa dekade terakhir ini.
Kecenderungan kebijakan Trump adalah memilih para anggota Dewa Gubernur dengan orang-orang yang agresif secara kebijakan moneternya. Kebijakan yang Hawkish (sebagai lawan dari Dovish) merupakan kecenderungan kebijakan moneter yang lebih ketat, dengan sedikit aturan dan pengawasan terhadap aktifitas pasar. Nada-nada perubahan dewan gubernur yang lebih bersifat agresif, didambakan Trump.
Dewam Gubernur Bank Sentral ini nantinya diharapkan bisa melaksanakan peningkatan suku bunga lebih cepat dan dalam tingkatan yang lebih besar. Kedua, Pemerintah juga diharapkan bisa mengkendurkan peraturan mengenai perbankan AS. Terakhir, bersiap melakukan langkah penyelamatan jika terjadi penurunan ekonomi lainnya. Intinya, peranan ekonomi The Fed dan kedudukan The Fed sebagai pengawas peraturan sejak krisis terakhir, akan berakhir secara tiba-tiba.
Perubahan yang demikian ini bisa menggoyahkan pasar dan ragam investasi tradisional lainnya. Sayangnya, ini akan menjadi kabar baik bagi Emas secara fisik, sebagai asset nyata yang bisa mengamankan investasi. Dengan kata lain, bertentangan dengan pendapat umum, kenaikan suku bunga dari Fed cenderung menjadi penggerak harga emas yang positif.
Lebih-lebih, kenaikan suku bunga ternyata bukan hanya satu-satunya jalan yang bisa membuka peluang bagi kenaikan harga emas lebih lanjut. The Fed yang agresif, terlalu bernafsu untuk mendorong perekonomiannya bisa membuat perekonomian terkontraksi. Ini menjadi kabar baik lagi bagi Emas, menjadi mesin roket bagi harga emas untuk naik.
Jika pajabat tinggi The Fed ini nantinya justru malu-malu kucing dalam menjalankan kebijakan yang hawkish, seperti kecenderungan mereka dan justru melakukan penyelamatan dengan cara seperti kebijakan sebelumnya, Quantitative Easing –tentu akan membuat harga emas naik kembali pula.
Tanpa campur tangan the Fed, krisis yang akan datang nampak menghadang, mendorong banyak investor untuk melakukan aksi beli kedalam asset yang aman, safe haven – dengan membeli emas dan mendorong harga emas naik pada akhirnya. (Lukman Hqeem)