ESANDAR, Jakarta – Harga emas turun dalam perdagangan akhir pekan kemarin. Tidak tanggung-tanggung bahkan sempat mendekati posisi terendah dalam dua minggu ini.
Kerugian yang menghantam pasar, terbatasi dengan isu politik AS yang membebani penguatan Dolar AS. kekhawatiran akan perang dagang yang berkepanjangan dan inflasi AS membuat harga emas bisa naik kembali. Harga emas sempat jatuh hingga 1309.50 sebelum berakhir dengan naik di 1316.10, atau mencatat perdagangan dengan minus 2.10 point.
Dolar AS sempat melemah setelah Washington Post melaporkan pada hari Kamis bahwa Presiden AS Donald Trump mengganti penasihat keamanan nasionalnya, H.R. McMaster. Padahal, pasar sudah gelisah menyusul keputusan Presiden pada hari Selasa ketika memecat Sekretaris Negara Rex Tillerson.
Menambah kekhawatiran atas politik AS, kekhawatiran akan potensi perang dagang telah dilakukan setelah Donald Trump mengumumkan rencana minggu ini untuk mengenakan tarif impor ke Cina hingga 60 miliar dolar, yang secara khusus menargetkan sektor teknologi dan telekomunikasi.
Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan mata uang dolar terhadap perdagangan enam mata uang utama, turun 0,14% pada 90,01, dari level tertinggi satu minggu di 90,17 semalam. Emas kembali sensitif terhadap pergerakan dolar. Melemahnya dolar membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang asing.
Pada perdagangan emas awal minggu ini, secara umum emas makin dijauhi sebagai alat pengaman investasi investor. Sentimen negativeberasal dari sikap hati-hati investor menjelang penentuan suku bunga the Fed minggu ini. Tekanan jual makin kuat dengan penjualan emas di India yang terus melemah.
Sebelumnya nilai emas terus memburuk meskipun perlahan-lahan dari pekan lalu, karena data tenaga kerja AS yang berupa pembukaan lapangan kerja baru dan sentimen konsumen Michigan serta aktivitas pabrikannya terus membaik sehingga dapat dipastikan bahwa data ini juga mendukung bahwa pekan ini suku bunga the Fed bisa naik untuk pertama kalinya di tahun ini dan investor juga masih akan menantikan berapa kali lagi bank sentral AS tersebut akan menaikkan suku bunganya di tahun ini.
Sekitar 93% pelaku pasar percaya bahwa kenaikan suku bunga the Fed akan terjadi, dan mendengar kenaikan suku bunga the Fed, maka hal ini bukan merupakan kabar baik bagi emas. Faktor penantian akhir pekan tersebut telah membuat dolar AS meredupkan emas.
Pelemahan emas sendiri dipicu oleh beberapa data ekonomi di luar AS yang kurang mendukung normalisasi kebijakan moneternya di masing-masing bank sentralnya serta strategi Gedung Putih, baik yang berupa strategi politik maupun strategi ekonomi, yang terus membuat bingung investor untuk menghadapi masa depan ekonomi yang kondusif.
Situasi seperti ini memang akan mendukung penguatan greenback sehingga kita melihat bahwa emas sendiri memang masih bertahan di atas level psikologis $1300 per troy ounce dan memang terus berharap agar nilainya juga tidak melemah kembali. Sayangnya beberapa kebijakan fiskal AS sendiri seperti kebijakan tarif impor logam serta pengurangan defisit dengan Cina, memang sangat berdampak kepada emas, di mana akan memburuk.
Memburuk ketika sisi belanja Cina akan melemah berkat pengurangan defisit perdagangan AS tersebut. Publik dan investor hari ini berharap besar kepada pertemuan G20 di Buenos Aires hari ini, di mana para menteri keuangan serta pemimpin bank-bank sentral G20 bertemu dan kami berharap masalah strategi Gedung Putih beberapa waktu lalu bisa dipecahkan dan bisa menghindarkan diri dari perang dagang global di kemudian hari.
Situasi penjualan emas di India juga terus memburuk. Jelang festival Gudi Padwa, situasi tersebut tidak ada perbaikan bahkan beberapa pedagang telah memberikan harga diskon, itupun penjualan emas terus menampakkan tren melemah. Situasi tersebut tentunya dapat memberi isyarat bahwa dengan harga yang paling rendah di Maret ini, pembeli masih berharap agar emas lebih rendah lagi harganya.
Pada perdagangan hari ini, harga emas berpotensi bergerak dalam kisaran 1310-20. (Lukman Hqeem)