ESANDAR, Jakarta – Harga emas naik pada perdagangan hari Rabu, berbalik secara moderat setelah aksi jual selama tujuh sesi dalam delapan kali sesi perdagangan.
Harga logam mulia untuk kontrak pengiriman bulan Desember ditutup $ 1,210.10 per troy ons, naik $ 8,70, atau 0,7%. Pada penutupan perdagangan hari Selesai berada di $ 1,201.40, tercatat sebagai yang terendah untuk kontrak paling aktif sejak 10 Oktober.
Indikator ekonomi AS yang dirilis pada hari Rabu menunjukkan bahwa Indek Harga Konsumen (IHK) AS naik 0,3% pada bulan Oktober. Itu adalah kenaikan terbesar sejak Januari sebagaimana perkiraan ekonom. Menyusul data, Indek Dolar AS (DXY), tergelincir kembali dari posisi tertinggi di 97.406, turun 0,1% ke 97,182 sementara harga emas berjangka mampu bertahan. Dolar AS yang menguat, mendorong emas turun lebih rendah. Dorongan indeks dolar di atas 97,57 awal pekan ini adalah level tertingginya sejak Juni 2017, menurut data FactSet.
Indeks itu telah naik sekitar 5,5% dari tahun ke tahun, sebagian didorong oleh ekspektasi untuk pengetatan lebih lanjut oleh Federal Reserve. The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga bulan depan dan tiga kali pada 2019. Suku bunga yang lebih tinggi dapat meningkatkan dolar dan permintaan suram untuk komoditas denominasi dolar. Nilai emas sebagai aset penyelamat dapat muncul kembali saat investasi berisiko menjadi kacau pada 2019.
Menahan posisi beli emas sebagai pilihan investasi sejak 2012 tentu melewati masa-masa sulit, terlebih saat melihat logam kuning mendapatkan daya tarik. Ketika dolar AS mendapatkan kembali semangatnya, tentu harganya akan berbalik tak terelakkan. Namun, kini terlihat di 2019 muncul tanda-tanda peringatan sebagaimana tahun di mana kenaikan harga emas akhirnya mendapatkan hari mereka. (Lukman Hqeem)