Bursa Saham Asia terkoreksi oleh ketidak pastian pasar.

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Bursa saham Amerika Serikat di Wall Street kembali turun pada perdagangan hari Rabu (14/11) akibat melemahnya saham Apple dan sektor perbankan. Indek Dow Jones turun 0,81% ke 25.080,5, Indek S&P 500 merosot 0,76% ke 2.701,58, sementara Indek Nasdaq kehilangan 0,9% ke 7.136,39.


Dari bursa saham Asia, Indek Hangseng Hong Kong telah melemah dalam dua hari berturut-turut. Para investor nampak menantikan sentimen pasar yang lebih meyakinkan terkait sejumlah even, seperti Brexit, Perang Dagang, serta krisis anggaran di Italia. Secara teknis, hambatan bagi indek Hangseng untuk melanjutkan kenaikkanya tertahan di level resisten 26053. Dimana kemampuan untuk menembusnya, akan membawa Indek ke 26176.


Di bursa saham Tokyo sendiri perdagangan justru menguat, setelah mengalami fluktuasi pada awal sesi perdagangan kemarin. Sebelumnya pasar gagal mempertahankan momentum, disaat Cina merilis penjualan ritelnya untuk bulan Oktober. Angkanya lebih rendah daripada perkiraan sebelumnya.


Indeks Nikkei ditutup dengan kenaikan tipis 0.16%. Secara teknis, terlihat bahwa masih ada tekanan jual yang kuat. Pun demikian, potensi kenaikan bisa saja berlanjut dengan catatan level resisten di 21935 mampu ditembus. Sedangkan potensi turun berpotensi menembus level psikologis di 21645. Ini merupakan target penurunan terdekat, hingga target selanjutnya di 21520.


Para investor tengah mengamati perkembangan Perang Dagang AS-China, menyusul laporan bahwa pemimpin kedua negara akan melakukan pembicaraan di sela-sela KTT G20 Argentina di akhir bulan ini.


Sektor perbankan Korea Selatan sendiri menunjukkan kinerja terbaiknya dalam sebelas tahun terakhirnya. Mereka berhasil mencapai posisi tertinggi dalam periode Januari – September. Financial Supervisory Service melaporkan hasil gabungan laba bersih dari bank lokal dalam kurun waktu Januari-September yang mencapai 12.4 triliun Won ($10.9 milliar).


Angka ini merupakan yang tertinggi sejak pencapaian sebesar 13.1 triliun Won yang tercatat selama periode yang sama di tahun 2007 silam. Hasil kinerja ini tidak terlepas dari perolehan laba yang bersumber dari manfaat premi bunga dari hasil pergerakan pasar yang lebih tinggi dari kebijakan kenaikan suku bunga offshore.


Secara teknikal, sejumlah indikator masih menunjukkan potensi penurunan lebih lanjut. Dimana tekanan jual masih cukup besar terhadap Kospi. Namun demikian, tekanan jual ini akan mendapat tantangan dari level support di 266.10. Jika tahanan ini gagal menahan laju koreksi, Indek KOSPI bisa terkoreksi hingga ke 260.40. Potensi berbaliknya harga, terkonfirmasi apabila Indek KOSPI mampu menguat kembali hingga menembus diatas 270. (Lukman Hqeem)