Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR – Harga minyak turun tipis pada awal perdagangan pada hari Selasa setelah perundingan gencatan senjata Israel-Hamas di Kairo membantu meredam kekhawatiran pasar akan meluasnya konflik di Timur Tengah, sementara kekhawatiran terhadap prospek suku bunga AS membebani pasar.

Minyak mentah berjangka Brent turun 5 sen, atau 0,06%, menjadi $88,35 per barel pada 07:06 WIB, dan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS tergelincir 12 sen, atau 0,15%, menjadi $82,51 per barel. Kontrak bulan depan bagi kedua benchmark ini telah turun lebih dari 1% pada hari Senin.

Perunding Hamas meninggalkan Kairo pada Senin malam untuk berkonsultasi dengan pimpinan kelompok tersebut setelah melakukan pembicaraan dengan mediator Qatar dan Mesir mengenai tanggapan terhadap proposal gencatan senjata bertahap yang diajukan Israel pada akhir pekan. Delegasi tersebut diperkirakan akan melaporkan kembali dalam waktu dua hari, kata dua sumber keamanan Mesir. Ketika para pemimpin Hamas mengunjungi Kairo, serangan udara Israel menewaskan puluhan warga Palestina pada hari Senin, dengan lebih dari separuh korban tewas di kota Rafah di Gaza selatan, yang didesak oleh para pemimpin asing agar Israel tidak melakukan invasi.

Serangan berkelanjutan yang dilakukan kelompok Houthi di Yaman terhadap lalu lintas maritim di selatan rute perdagangan utama Terusan Suez telah membatasi harga minyak dan dapat mendorong premi risiko yang lebih tinggi jika pelaku pasar mengantisipasi gangguan pasokan minyak mentah. Houthi menargetkan dua kapal perusak AS dan kapal Cyclades di Laut Merah serta MSC Orion di Samudera Hindia, kata juru bicara militer kelompok yang bersekutu dengan Iran, Yahya Sarea, dalam pidato yang disiarkan televisi pada Selasa pagi.

Para investor minggu ini sedang mengawasi tinjauan kebijakan Federal Reserve AS pada tanggal 1 Mei dalam pertemuan berkala, FOMC. Disisi lain laporan ekonomi masih menunjukkan bahwa inflasi AS membandel, hal ini mendorong ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga, yang dapat meningkatkan dolar AS dan menghambat permintaan minyak.

Beberapa investor dengan hati-hati memperkirakan kemungkinan yang lebih tinggi bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar seperempat poin persentase pada tahun ini dan tahun depan karena inflasi dan pasar tenaga kerja tetap tangguh.