Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR – Bursa saham AS menguat setelah Federal Reserve mempertahankan suku bunga tidak berubah seperti yang diperkirakan secara luas. Para investor bersama dengan bank sentral terus mengkaji bagaimana kebijakan tarif Pemerintah AS akan memengaruhi ekonomi dan inflasi.

Bank sentral mempertahankan suku bunga acuan tidak berubah dalam kisaran 4,25%-4,50%, dan mengindikasikan mereka akan memangkas dua pemotongan suku bunga, masing-masing seperempat basis poin di akhir tahun ini. Hal ini sejalan dengan perkiraan umum pada tiga bulan lalu. Bank Sentral juga memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi AS akan lebih lambat dan inflasi akan naik.

Para eksekutif bank sentral tidak bersepakat terkait sejumlah hal ke depan. Ini menunjukkan ada ketidakpastian di antara para anggota tentang cara menangani dampak rencana pemerintah AS. Mereka juga akan mengurangi laju penarikan neraca yang masih sangat besar, karena menghadapi tantangan dalam menilai likuiditas pasar selama kebuntuan yang sedang berlangsung di Kongres AS mengenai pencabutan batas pinjaman pemerintah.

Dengan meningkatnya kekhawatiran seputar tarif dan bagaimana tarif dapat memengaruhi pertumbuhan dan inflasi AS, Bank Sentral mengambil pendekatan “wait and See” secara luas terkait suku bunga.

Di tahun 2025, diperkirakan pasar suku bunga acuan akan dipangkas menjadi sekitar 3,75% pada akhir tahun. Ini akan bergantung pada bagaimana perkembangan trade-off inflasi versus pertumbuhan, dimana pertumbuhan mungkin terus melemah. Oleh sebab itu, ada keyakinan lain bahwa bank sentral mungkin perlu memangkas suku bunga lebih kuat dari yang diharapkan. Pemangkasan suku bunga dua kali masing-masing sebesar 25 basis poin kemungkinan akan dilakukan pada bulan Juni dan Desember dengan tingkat keyakinan sebesar 62,2%.

Bursa saham AS berada di bawah tekanan jual dalam beberapa minggu terakhir setelah serangkaian indikator ekonomi mengisyaratkan ekonomi dan sentimen konsumen mungkin mendingin karena kekhawatiran kebijakan perdagangan meningkat. Namun, pasar telah menunjukkan tanda-tanda mencapai titik terendah dengan mencatat kenaikan dalam tiga dari empat sesi terakhir.

Beberapa perusahaan juga telah menurunkan prospek laba mereka, yang terbaru adalah General Mills. Pemilik Pillsbury menurunkan prospek penjualan tahunannya, yang menyebabkan sahamnya turun 2,05%.

Indeks acuan S&P 500 mengonfirmasi di minggu lalu bahwa indeks tersebut mengalami koreksi setelah turun 10% dari level tertingginya baru-baru ini. Nasdaq yang sarat saham teknologi juga mengonfirmasi koreksi pada 6 Maret, sementara saham unggulan Dow berjarak sekitar 3% dari ambang koreksi.

Jumlah saham yang naik lebih banyak daripada yang turun dengan rasio 2,92 banding 1 di NYSE dan rasio 2,4 banding 1 di Nasdaq.

Indek S&P 500 membukukan tujuh tertinggi baru dalam 52 minggu dan satu terendah baru, sementara Nasdaq Composite mencatat 33 tertinggi baru dan 114 terendah baru. Volume di bursa AS adalah 13,53 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 16,34 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir. Masing-masing dari 11 sektor S&P 500 naik, dipimpin oleh kenaikan hampir 2% dalam saham konsumen diskresioner.

Indek Dow Jones naik 383,32 poin, atau 0,92%, menjadi 41.964,63, S&P 500 naik 60,63 poin, atau 1,08%, menjadi 5.675,29 dan Nasdaq naik 246,67 poin, atau 1,41%, menjadi 17.750,79.

Saham Boeing melonjak 6,84% setelah pembuat pesawat itu mengatakan tidak melihat dampak jangka pendek dari tarif.

Bursa saham terus menguat seiring pernyataan Gubernur Bank Sentral AS, yang mengatakan masih terlalu dini untuk menentukan apakah akan mempertimbangkan dampak tarif AS terhadap inflasi, dan sulit untuk menilai seberapa besar kenaikan harga yang disebabkan oleh pungutan tersebut.

Pelaku pasar masih mencari apa pun yang dapat mengurangi ketidakpastian. Ada ekspektasi bahwa inflasi naik sedikit, dan angka PDB akan turun sedikit. Ini menjadi dasar keyakinan pasar bahwa Fed tidak menambah latar belakang ketidakpastian keseluruhan yang saat ini menekan saham.

Sementara itu,  Uni Eropa akan memperketat kuota impor baja untuk mengurangi arus masuk hingga 15% mulai April. Ini sebagai langkah untuk mencegah baja murah membanjiri pasar Eropa setelah Washington memberlakukan tarif baru.

Sebagian besar pelaku pasar mengamati pengumuman pemerintah mengenai hambatan perdagangan timbal balik pada 2 April.