Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

Harga emas turun lebih dari 1% ke level terendah lebih dari dua minggu pada hari Kamis (27/01/2022) di lantai bursa berjangka AS. Dorongan turun tajam ini karena sentiment dolar AS yang menguat setelah data ekonomi AS menunjukkan hasil yang kuat sehingga memperkuat rencana kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve pada bulan Maret. Pada perdagangan di pasar spot, harga emas turun 1,3% pada $1.794.30 per ounce pada 02:04 WIB – Jumat (28/01/2022), setelah mencapai level terendah $1.790.20. Sementara dalam perdagangan di bursa  berjangka AS, emas turun 2% menjadi $1.793,10.

Penurunan ini merupakan kelanjutan dari aksi jual yang terjadi sejak Kamis dinihari kemarin, setelah pasar mencerna komentar Ketua Fed Jerome Powell tentang kenaikan suku bunga yang lebih agresif di tahun ini.

Sementara data pertumbuhan ekonomi AS yang meningkat pada kuartal keempat untuk mencatat kinerja terbaiknya dalam hampir empat dekade pada tahun 2021, turut membebani pasar karena dapat memperkuat alasan bagi FED untuk menaikkan suku bunganya. Hal ini, tentu saja akan merusak daya tarik emas sebagai asset safe-haven bagi pembeli luar negeri. Indek dolar AS sendiri melonjak ke level tertinggi sejak Juli 2020.

Diyakini bahwa, harga emas akan melayang lebih rendah pada tahun 2022 dan 2023 karena bank sentral menaikkan suku bunga, mengangkat imbal hasil obligasi dan membuat emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil menjadi kurang menarik. Harga emas batangan sendiri telah turun lebih dari 3% sejak mencapai harga tertinggi dalam 10 minggu di hari Selasa, setelah terjadi aksi pembelian besar-besaran asset safe-haven yang didorong oleh eskalasi ketegangan Rusia-Ukraina.

Setiap kenaikan kembali yang tidak didukung oleh para pencari safe-haven, akan menemuia resistensi cepat atau lambat selama ekonomi masih dalam mode pemulihan. Secara luas, pergerakan emas belum terlihat mencerminkan adanya pencarian asset safe-haven melainkan hanya beberapa pembelian selektif yang akan tetap terjadi selama latar belakang ekonomi tidak memburuk secara tajam.