Harga Emas

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Pada perdagangan Rabu (31/10), harga emas akan terhimpit habis-habisan oleh Dolar AS. Greenbacks menguat dan pantulan bursa saham juga ikut memberikan tekanan pada harga emas berjangka, merampas logam mulia dari permintaan terkait aset surgawi.


Harga emas untuk pengiriman bulan Desember di Comex turun $ 6,40, atau 0,5%, menjadi $ 1,218.90 per ons . Emas berada di jalur untuk kenaikan bulanan 1,9%, berdasarkan kontrak teraktif, memangkas penurunan year-to-date menjadi 6,9%.


Penguatan Dolar AS dan pulihnya pasar saham global membebani harga emas. Secara teknis, harga emas juga menjadi lebih suram lagi. Hal ini membuat investor bisa berorientasi jangka pendek dan lebih enggan untuk bertaruh pada kenaikan harga emas.


Harga emas telah jatuh di bawah rata-rata pergerakan harga dalam 100 hari, tepatnya di bawah $ 1.220 per troy ons. Pada saat yang sama, masih bisa dingat pada pertengahan Oktober harga naik.

Ini berarti masih harus dilihat apakah para spekulan akan melakukan upaya baru untuk melakukan aksi beli kembali pada emas dalam jangka pendek. Sebagaimana saat itu banyak investor yang bertindak spekulatif dan terlihat ketika harga tiba-tiba melonjak, mereka menutup posisi short dan menambah beli yang mendorong harga reli.


Indeks bursa saham AS mengindikasikan penguatan pada perdagangan hari ini. Setelah Wall Street mendapatkan pantulan dari perdagangan hari Selasa. Dimana Indek S & P dan Dow Jones naik kembali ke wilayah positif untuk catatan kinerja tahun 2018.

Namun, harus diakui bahwa secara bulanan, harga saham menderita dibulan Oktober. Pasar terkoreksi secara brutal dan tidak stabil hingga membuat Indek S&P 500 harus turun lebih dari 7% untuk bulan ini saja.


Sementara itu, nilai tukar Dolar AS bervariasi terhadap rival-rival utama. Indek dolar AS sedikit berubah naik sebesar 0,7% sejauh minggu ini.

Dolar yang lebih kuat dapat menjadi negatif untuk komoditas, termasuk emas. Kenaikan ini membuat mereka lebih mahal untuk pengguna mata uang dengan denominasi bukan Dolar AS. (Lukman Hqeem)