Eropa

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Surplus neraca berjalan zona euro semakin menyempit pada bulan terakhir 2018. Data ini mencerminkan ekspor yang lebih lemah dan jauh di bawah level yang tercatat selama dua belas bulan sebelumnya, demikian data yang dirilis oleh Bank Sentral Eropa pada Selasa (19/02).

Penurunan pada tahun ini sebagian besar disebabkan oleh penurunan surplus barang, karena ekspor turun dan impor naik dari tahun ke tahun di bulan Desember.

ECB mengatakan saldo neraca berjalan zona euro, sebagai ukuran arus dalam ekspor dan impor, pendapatan bersih dari luar negeri dan transfer arus bersih, mencatat surplus 16 miliar euro ($ 18,1 miliar) pada Desember dibandingkan dengan surplus November EUR 23 miliar . Itu menandai penurunan tajam dari surplus EUR 29 miliar yang tercatat pada Desember 2017.

Surplus barang zona euro hampir berkurang setengahnya menjadi EUR 16 miliar pada Desember 2018 dari EUR 31 miliar yang diposting 12 bulan sebelumnya.

Perlambatan ekonomi Jerman tampaknya tidak berubah menjadi resesi, menurut pernyataan dari bank sentral Jerman, karena kemacetan sementara dalam industri otomotif mereda dan pasar tenaga kerja tetap kuat.

Ekonomi Jerman, yang merupakan perekonomian terbesar di Eropa, secara sempit menghindari resesi pada akhir tahun lalu karena kinerja perdagangan yang lemah menyeret pertumbuhan, kata kantor statistik negara itu pekan lalu.

Dalam laporan bulanannya, yang diterbitkan Senin, Bundesbank mengatakan pertumbuhan ekonomi mungkin masih lemah di awal tahun 2019, mencerminkan kepercayaan yang lemah di antara perusahaan-perusahaan yang menavigasi ketidakpastian global mulai dari Brexit hingga konflik perdagangan internasional. Namun, “tidak ada tanda-tanda bahwa perlambatan berubah menjadi penurunan,” kata Bundesbank.

Hal ini dikarenakan produksi dan ekspor mobil secara bertahap pulih dari kemacetan sementara tahun lalu, dan pasar tenaga kerja yang kuat akan membantu mendukung konsumsi swasta, kata bank sentral. (Lukman Hqeem)