ESANDAR, Jakarta – Bursa saham dunia naik, dimana imbal hasil obligasi global turun dan dolar melemah setelah Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell mendukung harapan bahwa the Fed akan segera memangkas suku bunga AS.
Dalam perdagangan di bursa saham Eropa, Indek Eropa 600 naik 0,2% setelah turun 1,4% selama empat sesi terakhir. Indek DAX Jerman naik dan Indek FTSE Inggris naik 0,3%. Sektor minyak dan gas serta saham-saham defensif memimpin kenaikan kali ini.
Sebelumnya pada pertama melakukan paparan di depan Kongres di hari Rabu, Powell mengkonfirmasi bahwa ekonomi A.S. masih berada di bawah ancaman dari aktivitas pabrik yang mengecewakan, inflasi yang jinak, dan perang dagang yang mendidih, dan mengatakan The Fed siap untuk “bertindak sesuai”. Pernyataan Powell tersebut jelas menegaskan bahwa the Fed akan menuju siklus pemotongan suku bunga.
Kenaikan bursa saham Eropa mengikuti kenaikan di bursa saham Asia, di mana indek MSCI untuk saham Asia-Pasifik kecuali Jepang naik 1%. Indek Nikkei Jepang naik 0,5%.
Pada perdagangan sebelumnya, bursa saham AS telah berakhir naik. Indek S&P 500 bahkan mampu menembus level 3.000 poin untuk pertama kalinya setelah paparan Jerome Powell.
Meski ada beberapa hal yang masih dipertanyakan terkait dengan berapa banyak momentum yang ada di balik reli terbaru ini. Namun dapat dikatakan bahwa ketika Fed menjadi lebih dovish dengan wacana pemotongan suku bunga, menjadi hal yang tidak baik untuk aset berisiko seperti saham. Mengingat sembilan dari 12 siklus pemotongan suku bunga Fed tidak menghentikan resesi. Dengan ekspansi terpanjang dan hanya menaikkan suku bunga menjadi 2,5%, tentu menimbulkan pertanyaan, apakah pendaratan lunak mungkin?
Sementara itu, data ekonomi AS terkini menunjukkan bahwa laporan ketenagakerjaan bulan AS Juni yang kuat awal bulan ini meningkatkan ekspektasi bahwa The Fed lebih cenderung memangkas 25 basis poin daripada 50. Namun sikap Powell yang berhati-hati membantu memicu spekulasi pelonggaran pelonggaran pada pertemuan kebijakan berikutnya pada 30-31 Juli.
Sebelumnya, peluang pemotongan 50 bps naik menjadi 27,6% dari 3,3% pada hari Selasa. Risalah dari pertemuan terakhir The Fed, pada pertengahan Juni, menunjukkan beberapa pembuat kebijakan merasa belum ada alasan kuat untuk pelonggaran.
Prospek penurunan suku bunga juga membebani dolar. Indeks dolar terhadap sekeranjang enam mata uang utama tergelincir 0,2% menjadi 96,929, memperpanjang kerugian untuk sesi kedua berturut-turut setelah mencapai puncak tiga minggu pada hari Selasa.
Dolar turun 0,4% pada ¥ 108,03, dipaksa dari tertinggi enam minggu di 108,990 sehari sebelumnya. Itu masih agak jauh dari palung enam bulan dari 106,780 yang ditetapkan pada 25 Juni. Euro mendorong naik 0,23% menjadi $ 1,1275.
Di pasar pendapatan tetap, imbal hasil Treasury AS untuk tenor 10-tahun turun menjadi 2,037% setelah turun pada hari Rabu dari tertinggi tiga minggu di 2,113%. Imbal hasil obligasi pemerintah zona euro juga turun. Imbal hasil obligasi pemerintah 10-tahun Jerman turun menjadi minus 0,32% di tengah ekspektasi bahwa pelonggaran moneter di zona euro tidak akan jauh di belakang The Fed.
Dalam perdagangan di bursa komoditas, harga minyak mentah berjangka AS naik ke level tertinggi enam minggu ketika rig minyak di Teluk Meksiko dievakuasi sebelum badai, sementara sebuah insiden dengan sebuah kapal tanker Inggris di Timur Tengah menyoroti ketegangan yang sedang berlangsung di wilayah tersebut. Harga minyak mentah berjangka AS naik 42 sen untuk diperdagangkan pada $ 60,84 per barel. Minyak mentah berjangka Brent naik 47 sen menjadi $ 67,48.
Sementara dalam perdagangan komoditas emas, harga logam mulia di pasar spot naik menjadi $ 1.426 per ounce, tertinggi sejak 3 Juli, di tengah ekspektasi yang diperkuat untuk penurunan suku bunga Fed. (Lukman Hqeem)