Dow Jones berbalik menurun setelah rilis hasil FOMC lalu,

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Jika ada satu hal yang bisa dikatakan tentang pasar ini, maka apapun bisa terjadi pada jam terakhir perdagangan. Hari ini adalah contoh kasusnya. Setelah menghabiskan sebagian besar hari di wilayah positif, Dow Jones terhempas setelah Federal Reserve merilis risalah dari pertemuan terakhir Komite Pasar Terbuka Federal, semuanya menjadi buruk.

Setelah naik lebih dari 300 poin, Dow Jones Industrial Average berakhir turun 167. Indeks Volatilitas CBOE (VOC), yang dimulai pada hari ini sekitar 20-jauh di bawah harga tertinggi baru-baru ini di 50,3 pada 6 Februari, dalam panasnya krisis baru-baru ini namun Masih meningkat dari tahun lalu – jatuh ke bawah 17, kira-kira 15% bergerak ke bawah, sebelum ditutup di atas 20.

Pasar memang mengendus sentiment kurang baik dari sejumlah data minor. Angka penjualan rumah yang ada hari ini sedikit teropong pada penyesuaian musiman sebesar 5,38 juta, turun 3,2%. Dan beberapa harga sejumlah saham di beberapa sektor yang sebelumnya naik, seperti produsen chip, kini mundur sedikit. Bahkan saham Walmart, yang turun sekitar 10% kemarin setelah rilis pendapatannya, melanjutkan penurunannya.

Sentimen tersebut masih belum seberapa, yang terkuat membanting pasar adalah risalah the Fed. Hasil risalah ini melambungkan imbal hasil Obligasi AS. Imbal hasil pada Obligasi 10 tahun naik ke level tertinggi 4 tahun di atas 2,95%.

Dalam rilis hari ini, bank sentral mengisyaratkan kenaikan suku bunga secara bertahap dan memperingatkan “risiko naik” terhadap pertumbuhan ekonomi. Sebelumnya, pasar memperkirakan tahun ini setidaknya akan naik 3-4 kali kenaikan suku bunga.

Pasar sendiri berharap risalah ini akan lebih lunak, dovish. Pasalnya, sejak pertemuan FOMC bulan Januari, beberapa data telah keluar, yaitu laporan pekerjaan bulanan yang tidak hanya menunjukkan pertumbuhan pekerjaan yang kuat, namun juga kenaikan pendapatan per jam. Namun demikian, the Fed mendapati persepsi yang berbeda dengan data-data ini.

Terkini, adalah data CPI yang lebih kuat dari perkiraan minggu lalu. Ditambah lagi, Kongres dan presiden menyetujui sebuah kesepakatan anggaran baru yang meningkatkan pengeluaran, dan presiden juga merilis rencana untuk melakukan upgrade besar-besaran terhadap infrastruktur negara tersebut.

Dengan segala dorongan ini, The Fed masih belum menaikkan suku bunya. Pada pertemuan bulan Januari, suku bunga tidak berubah, namun banyak ditafsirkan sebagai peringatan terselubung tentang inflasi.  Kini dengan pernyataan bahwa “Selanjutnya” tidak berarti “lebih cepat,” bisa berarti The Fed, di bawah pimpinan baru Jerome Powell, dapat memperpanjang kenaikan suku bunga ini menjadi 2019.  (Lukman Hqeem)