ESANDAR, Jakarta – Seperti yang diperkirakan, hasil pertemuan reguler The Federal Reserve akan bernada kalem dan memberikan pukulan pada Dolar AS. Mata uang ini bergerak lebih rendah dalam perdagangan hari Rabu (31/01) setelah The Federal Reserve jelas bersikap dovish, dimana mereka berjanji untuk bersabar dalam menaikkan suku bunga lebih lanjut, sambil menghilangkan bahasa yang menyerukan kenaikan tingkat ‘bertahap lebih lanjut’. Indek Dolar AS turun 0,4% pada 95,408.
Sementara itu, ekspektasi pasar untuk kebijakan suku bunga 2019 semakin memburuk selama beberapa bulan terakhir. Dolar terpukul oleh pembaruan kebijakan pertama tahun ini. Jerome Powell mengatakan pengurangan rencana kenaikan suku bungnya. Pada tahun 2018, The Fed melakukan empat kali kenaikan dan memberikan dorongan penguatan Dolar AS secara konsisten. Dalam pernyataannya, Gubernur Bank Sentral AS, Jerome Powell mengatakan bahwa perubahan sikap ini terkait dengan sejumlah isu seperti inflasi, ekspektasi tentang ekonomi global dan risiko eksternal seperti Brexit.
Sebelumnya dilaporkan juga bahwa jumlah gaji swasta untuk Januari mengalami kenaikan. Ini berarti ada pertumbuhan lapangan kerja di sektor swasta lebih banyak dari yang diharapkan. Indikator ekonomi lain yang juga dirilis kemarin adalah angka penjualan rumah lama untuk bulan Desember dinyatakan turun ke level terendah dalam hampir lima tahun.
Euro sebagai pesaing besar Dolar AS dalam perdagangan EURUSD bergerak naik di $ 1,1485 dibandingkan $ 1,1434. Dalam data zona euro, iklim bisnis, serta indikator kepercayaan ekonomi, industri, dan jasa semuanya sedikit menurun pada Januari.
Sementara itu Poundsterling Inggris sempat terpukul dengan isu Brexit. Namun kini bergerak naik kembali, dimana perdagangan GBPUSD bangkit dari aksi jual yang terjadi ketika Parlemen Inggris memperdebatkan amendemen terhadap perjanjian penarikan negara dari Uni Eropa.
Parlemen Inggris memilih untuk mengesampingkan usulan perjanjian Brexit yang tidak setuju dan untuk menggantikan usulan lain terkait masalah Irlandia. Meskipun Uni Eropa telah mengatakan tidak akan melakukan negosiasi ulang dari kesepakatan yang disepakati pada akhir tahun lalu. Perdana Menteri Theresa May akan kembali ke Brussels minggu ini untuk mencoba membuka kembali pembicaraan.
Penguatan Poundsterling, tidak lepas dari melemahnya dolar disatu sisi. GBPUSD melambung hingga $ 1,3113, naik dari $ 1,3067.
Pasar memanfaatkan penundaan perundingan Brexit, meskipun rencana amandemen selanjutnya akan bertentangan satu sama lain. Dimana jika Uni Eropa berdiri teguh mendukung Irlandia, maka parlemen Inggris tidak mungkin melewati kesepakatan ini. Hal ini akan membuat Brexit terjadi dengan tanpa kesepakatan yang berlaku pada 29 Maret nanti. Alhasil, tidak ada alasan untuk sterling melakukan kenaikan sebagaimana saat ini.
Dolar Australia menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di antara pasangan mata uang utama. Aussie naik 1,4% menjadi $ 0,7255 setelah inflasi naik di kuartal keempat lebih tinggi dari yang diharapkan pada 1,8% tahun-ke-tahun. Meski masih di bawah target Reserve Bank of Australia, namun sudah semakin mendekati. (Lukman Hqeem)