Dolar AS Berjaya, Euro Terdesak Oleh Krisis Italia

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Perdagangan EURUSD sedikit berubah di hari Senin (22/07/2019) karena para pialang memilih untuk menunggu hasil pertemuan Federal Reserve dan European Central Bank. Hal yang dinantikan adalah seberapa banyak dan seberapa cepat kedua bank sentral ini dapat menurunkan suku bunga, yang dimulai dengan rapat kebijakan ECB besok.

Setidaknya, para pialang melihat ada potensi sebesar 46% dimana para pembuat kebijakan moneter Eropa akan menurunkan suku bunga deposito sebesar 10 basis poin menjadi -0,50 basis poin. Alasannya, mereka perlu memerangi risiko dari ketegangan perdagangan global dan inflasi regional yang lemah, berdasarkan pasar suku bunga lokal.

Meningkatnya peluang penurunan suku bunga Eropa menjadi sentiment negatif yang membebani Euro dalam perdagangan mata uang. Pasangan EURUSD misalnya, bergerak dalam tekanan turun.  Disisi lainnya, Dolar AS juga mendapat tekanan pula dari potensi penurunan suku bunga The Fed. Pemangkasan yang akan dilakukan ini bisa menjadi yang pertama kali dalam kurun sepuluh tahun terakhir. The Fed perlu memangkas suku bunga untuk memberikan ruang bagi tindakan responsif jika ketegangan perdagangan global terus meningkat dan inflasi masih lemah. Dalam perdagangan di hari Senin, Euro akhirnya ke $1,1209, menguat tipis dari $1,1206. Dolar AS bergerak lebih rendah sejalan dengan imbal hasil AS.

Data lain yang diterbitkan pada hari Jumat menunjukkan spekulan melepas posisi bullish bersih mereka dalam dolar AS terhadap mata uang G10 lainnya ke level terendah dalam setahun.  Imbal hasil Treasury 2-tahun tergelincir ke 1,801%, yang berada di bawah kisaran target Fed saat ini dari 2,25% -2,50% pada tingkat jangka pendek.

Dalam perdagangan mata uang lainnya, Poundsterling Inggris juga turun terhadap Dolar AS. GBPUSD turun ke $1,2456 sebelum berakhir negatif 0,19% di $1,2477. Jatuhnya Poundsterling karena prospeknya berubah suram sebagai akibat dari peningkatan taruhan para pialang pada Brexit tanpa kesepakatan sebelum pengumuman hasil pemilihan kepemimpinan Partai Konservatif.

Pelemahan GBPUSD menandakan kegelisahan di kalangan investor atas peluang mantan menteri luar negeri Boris Johnson menjadi perdana menteri berikutnya. Naiknya Boris Johnson yang dikenal sebagai pengusung Hard Brexit, dianggap akan semakin memperjelas akhir perpisahan Inggris dari Uni Eropa ini.

Pemungutan suara terakhir untuk memilih pemimpin Konservatif yang baru diperkirakan akan diserahkan hari Selasa. Esok harinya, akan jelas siapa yang akan menggantikan Theresa May sebagai Perdana Menteri Inggris. (Lukman Hqeem)