ESANDAR, Jakarta – Dolar AS melemah pada hari Rabu (08/08) karena investor khawatir tentang ketegangan perang dagang dan perubahan kebijakan suku bunga Bank Sentral Jepang baru-baru ini.
Index Dollar, jatuh untuk kedua harinya berturut-turut setelah mencapai harga tertinggi dalam 14 bulan di hari Senin. Dolar AS turun kurang dari 0.1% menjadi 88.78. Terhadap Yen Jepang, Dolar AS melemah 0.4% terhadap 110.96 JPY. Investor tetap tidak yakin apakah Bank of Japan bermaksud mengirim pesan bahwa pihaknya berencana untuk menerapkan kebijakan moneter ketat. Skeptisme pasar muncul mengingat selama bertahun-tahun otoritas moneter Jepang telah memompa uang ke dalam ekonomi Jepang dalam jumlah yang banyak.
BOJ pekan lalu menaikkan batas imbal hasil obligasi pemerintah Jepang 10 tahun menjadi 0.2% dari 0.1% untuk membantu industri perbankan negara sakura tersebut, yang mengalami kesulitan membuat pinjaman dengan suku bunga sangat rendah. Yen masih akan menjadi titik fokus untuk pasar, mengingat semakin banyak kurva imbal hasil Jepang yang tajam, semakin harus lebih kuat yen. Sementara itu, kurva imbal hasil AS relatif datar, ini menunjukkan bahwa reli baru-baru ini dalam dolar mungkin kehabisan tenaga.
Pasangan mata uang USDJPY telah mengambil peran safe-haven ketika gerak rally kemarin telah gagal untuk keluar dari resistensi di 111,39 dan 113,72. Ada beberapa rumor di pasar bahwa dewan BOJ tidak setuju pada toleransi baru untuk pergerakan imbal hasil yang memicu aksi jual dalam USDJPY dan meskipun ada aksi jual dolar di pasangan mata uang lainnya. USDJPY sempat diperdagangkan di 111.42 meskipun harus berakhir di 110.97 atau turun 0,36% dari posisi sebelumnya di 111.37. Pada perdagangan selanjutnya, melemahnya Dolar AS bisa membuat USDJPY ke 110.50.
Pada perdagangan Poundsterling, GBPUSD masih tertekan dan tetap berlanjut. Pasangan mata uang GBPUSD melemah lebih jauh di bawah level 1.2900 ke level terendah sejak akhir Agustus 2017. Pasar fokus pada rilis data makroekonomi yang penting minggu ini. Diantaranya angka pertumbuhan PDB di Q2 Inggris dan angka inflasi konsumen (CPI) AS terbaru, yang berpotensi untuk mengembalikan sentimen bullish bagi GBP. Pada perdagangan kemarin, GBPUSD sempat naik ke 1.2959 sebelum ditutup pada 1.2881 atau turun 0,44% dari penutupan sebelumnya di 1.2938. Pada perdagangan selanjutnya, tekanan jual akan mendorong GBPUSD terkoreksi setidaknya hingga ke 1.2800.
Sementara itu, data neraca perdagangan Cina yang lebih lemah dari perkiraan analis telah memicu aksi jual dolar Australia. Sentimen ini diperkuat dengan adanya aksi beli dolar AS. Dua faktor tersebut cukup untuk menyeret AUDUSD di bawah 0,7400. Aksi jual lebih lanjut dapat dilakukan pada posisi 0.7420 dengan target likuidasi di 0,7370. Dari perdagangan sebelumnya yang berakhir di 0,7430 atau mengalami kenaikan 0,15%, Aussie nampaknya akan mengarah untuk menembus level support di 0.7360. (Lukman Hqeem)