Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Pada perdagangan hari Rabu (27/12/2017) dolar AS masih berjuang untuk menguat kembali. Tertekan dalam beberapa hari perdagangan, kini Dolar AS berharap situasi di Semenanjung Korea sudah mendingin dan fundamental ekonomi AS mendukungnya naik kembali.

Seperti kita ketahui bahwa pasar di perdagangan kemarin, kondisi Dolar AS mengalami tekanan dari mata uang utama dunia lainnya. Pada perdagangan EURUSD ditutup mendatar di level 1,1860, GBPUSD ditutup menguat di level 1,3374, AUDUSD ditutup menguat di level 0,7728 dan USDJPY ditutup melemah di level 113,23

Aksi beli Yen terjadi menyusul sanksi PBB kepada Korea Utara. AS menambah sanksi lagi, sehingga Korea Utara sendiri beranggapan bahwa sanksi-sanksi tersebut berpotensi memicu peperangan. Korea Utara merasa kedaulatan negara mereka diusik oleh PBB dan AS.

Sejauh ini pihak Rusia dan Cina, sekutu Korea Utara  – telah menahan diri dan sudah menaati sanksi PBB. Kedua negara tersebut juga berusaha menjadi penengah bagi AS dan Korea Utara. Sayangnya hasil yang diinginkan publik juga belum menampakkan hasil. Akibatnya pelaku pasar memilih langkah safe haven dengan membeli yen. Kondisi ini diperkirakan masih akan bertahan hingga akhir tahun ini.

Dolar AS sendiri awalnya berharap dengan lolosnya UU Perpajakan baru akan mendorong kenaikannya. Sayangnya, justru aksi jual yang tidak ada habisnya. Reformasi pajak AS justru membuat dunia perdagangan terbelah antara pro dan kontra.

Pemangkasan pajak korporat dengan berlakunya UU ini akan menghilangkan potensi pendapatan fiskal AS. Hal ini membawa defisit anggaran AS membengkak $1,5 triliun dalam jangka waktu lebih dari 10 tahun defisit tersebut. Dengan catatan itu, kinerja dolar AS dinilai akan memburuk.

Bagi yang pro, pemangkasan pajak memang bisa mendorong laju pertumbuhan ekonomi AS dimana belanja investasi dan belanja konsumen dalam negeri bisa menguat disertai dengan masuknya dana repatriasi milik perusahaan-perusahaan besar AS, sehingga bisa membuat inflasi yang meningkat. Maka bank sentral AS justru mengalami tekanan untuk terus meningkatkan suku bunganya. Diperkirakan bahwa reformasi pajak ini bisa membuat The Fed di 2018 menaikkan suku bunganya 4 kali. Mendengar kata kenaikan suku bunga berarti emas harus melemah.

Persoalan utama ada di dana repatriasi, karena biasanya para pengusaha enggan menarik kembali dananya dari luar negeri sehingga dari sisi ekonomi AS tidak diuntungkan dengan tidak kembalinya dana-dana segar perusahaan-perusahaan AS tersebut sehingga arus modal investasi juga akan terbatas. Memang salah satu tujuan utama Trump dalam mengusulkan reformasi pajak tersebut adalah dana repatriasi.

Fundamental ekonomi AS hari ini dapat menjadi penggerak pasar meskipun kebiasaan di kala perdagangan libur akhir tahun, pasar akan menyikapi dengan volume yang kecil. Data keyakinan konsumen AS akan rilis dimana investor akan melihat seberapa besar belanja investasi akan masuk dan membuat ekonomi AS bergairah. Semakin bagus keyakinan konsumen maka semakin banyak arus modal investasi akan masuk sehingga kinerja dolar AS semakin membaik.