ESANDAR, Jakarta – Harga Emas dipasar berjangka naik tajam pada Senin (02/04/2018) karena dolar dan indeks saham terkoreksi. Untuk kontrak pengiriman bulan Juni, harga emas berakhir naik $19,60 atau 1,4% ke $1,346.90 per troy ons.
Kenaikan ini menjadi catatan kenaikan per kwartak ketiga kalinya secara beruntun, meski kenaikan kwartal ini merupakan yang paling tipis bagi Logam Mulia dalam tujuh tahun terakhir ini.
Pada perdagangan minggu lalu, harga logam mulia ini turun 2,1% dan berakhir turun 0,3% sepanjang bulan Maret dari bulan sebelumnya. Dalam perdagangan per kwartal, harga emas naik 0,7% dari kwartal sebelumnya.
Para spekulan emas menaikkan posisi beli mereka dengan 50.996 kontrak menjadi 172.834 kontrak dalam seminggu hingga 27 Maret, demikian data menurut Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS pada hari Jumat kemarin.
Sementara itu, Indeks Dolar Amerika Serikat, sedikit berubah mendekati 90,01 karena perdagangan emas ditutup, tetapi telah menghabiskan waktu sebagian besar lebih rendah. Indeks turun lebih dari 2% tahun ini. Emas dan dolar sering bergerak terbalik karena kekuatan atau kelemahan dalam dolar berdampak pada daya tarik emas bagi investor yang menggunakan mata uang lainnya.
Pada perdagangan saham, bursa Nasdaq yang terkonsentrasi teknologi mengalami koreksi, dengan adanya ketakutan para investor oleh penurunan saham Amazon setelah tweet negatif Presiden Donald Trump. Keresahan ini mengangkat risiko sehingga menguntungkan emas sebagai aset safe haven.
Permintaan emas juga mulai naik seiring kembalinya para investor dari liburan panjang Paskah. Sentimen perang dagang masih membayangi sehingga meningkatkan permintaan akan emas sebagai aset pengaman investasi.
Cina telah mengumumkan setidaknya 130 komoditas AS yang akan dikenai tariff , termasuk daging babi sebesar 25% dan buah-buahan sebesar 15%. Kabar ini sekaligus mengkonfirmasi langkah balik Cina dalam membalas kebijakan tariff Donald Trump pada impor baja dan aluminium Cina.
Pasar semakin tidak menentu saat ini. Pergerakan harga yang didominasi oleh sentiment politik, sangat rentan dan rapuh. Volatilitas tinggi dimana harga bisa berubah hanya dengan sebuah cuitan di media sosial. Dampak kebijakan perdagangan AS yang bergejolak ini sulit untuk dievaluasi karena pasar telah terdistorsi oleh arus modal di akhir kuartal. Ini mungkin salah satu alasan mengapa dolar tampaknya naik turun hampir secara acak, tanpa memperhatikan risiko. Disisi lain, ketidak teraturan ini akan semakin menguntungkan emas.
Harga emas hanya menunjukkan sedikit reaksi terhadap beberapa poin data manufaktur AS. Dengan sorotan pada laporan akhir minggu termasuk laporan gaji di bulan Maret. Sejumlah prakiraan menyatakan perekrutan tenaga kerja baru AS telah melambat. (Lukman Hqeem)