Dolar AS menguat, Poundsterling terpuruk tajam oleh pernyataan Theresa May (Lukman Hqeem)

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Dolar AS menguat pada perdagangan akhir pekan lalu. Menjatuhnya sejumlah mata uang lainnya, sayangnya Poundsterling jatuh lebih dalam setelah Perdana Menteri Theresa May menyatakan kemungkinan Brexit akan berakhir dengan “tidak ada kesepakatan”.


Indek Dolar AS yang mengukur atas kekuatan Dolar terhadap setengah lusin mata uang lainnya, beringsut naik 0,4% ke 94,257. Secara mingguan sayangnya masih tercatat dalam penurunan sebesar 0,7%, terburuk dalam sebulan ini. imbal hasil Obligasi AS meningkat, dimana imbal bunga tenor dua tahun, naik ke 2,821% dan tenor 10 tahun, di atas 3%. Ini membuat dukungan untuk bertambah greenback.


Dalam perundingan Brexit, para pemimpin Uni Eropa menolak usulan pasca-Brexit yang diajukan oleh Inggris. Hal ini menambah tekanan bagi perdana menteri tersebut disaat Partai Konservatif akan mengadakan konferensi tahunan minggu depan. Theresa May mengatakan dalam sebuah pidato bahwa Inggris harus dan akan terus mempersiapkan kemungkinan terjadinya Brexit dengan hasil “tidak ada kesepakatan”. Inggris akan meninggalkan Uni Eropa tanpa perjanjian yang mengatur hubungan masa depannya.


Sebetulnya, apa yang dikatakan oleh Theresa May sudah sesuai dengan perkiraan analis. Mengingat negosiasi tersebut telah membuat frustrasi Inggris. Namun pasar nampaknya belum cukup siap dengan hasil tersebut.


KTT Brexit berikutnya dijadwalkan pada November nanti dimana pembicaraan minggu ini di Salzburg, Austria, tampaknya memiliki suasana hati bersumber di antara para politisi dan investor.


Poundsterling dalam perdagangan GBPUSD Inggris berusaha mempertahankan penguatannya dari Awal minggu ketika Inggris dan Gibraltar Uni Eropa keanggotaan referendum harapan untuk sebuah resolusi telah tinggi, dan menurun tajam ke level terendah sejak pekan lalu. Sterling terakhir diambil $ 1,3076, turun dari $ 1,3268.


Sementara itu di Eropa, koalisi pemerintahan Italia berada di bawah tekanan karena pemimpin Gerakan Bintang 5 mengancam akan meninggalkan belanja publik yang akan memperlebar defisit. Bintang 5 pemimpin Luigi di Maio dan pemimpin Liga Utara Matteo Salvini telah bentrok dengan Menteri Keuangan Giovanni Tria tentang rencana anggaran Italia. Investor sedang menunggu proposal anggaran, yang merupakan sesuatu yang tidak sesuai dengan persyaratan Uni Eropa dan dapat menyebabkan kesenjangan antara Roma dan Brussels. Kondisi ini mendorong Euro dalam perdagangan EURUSD turun ke $ 1,1743.


Di antara mata uang lainnya, dolar Kanada dalam perdagangan USDCAD, sempat terdesak sebentar. Kemudian beringsut naik, menyusul komentar dari penasihat ekonomi Gedung Putih, Kevin Hassett, bahwa AS. “sangat, sangat dekat” dengan kesepakatan perdagangan dengan Meksiko dan Kanada, demikian menurut laporan Reuters. Negara-negara itu telah menegosiasikan kembali Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) sejak Agustus tahun lalu. Greenback diperdagangkan di C $ 1,2925, turun dari posisi tertinggi di C $ 1,2945. (Lukman Hqeem)