ESANDAR, Jakarta – Dolar AS menguat diakhir perdagangan bulan November. Kenaikan didukung dengan sejumlah data manufaktur China dan Eropa yang memburuk sementara data manufaktur AS membaik. Indek Dolar AS (DXY), naik 0.5% ke 97.262, mencatat kenaikan sepekan sebesar 0.4%. Sementara dalam sebulan mengalami penguatan 0.1%.
Pada perdagangan mata uang, tidak seperti di dua pekan sebelumnya, kabar Brexit kurang menghiasi aktivitas di bursa forex walaupun pada awal pekan tersebut sempat muncul kabar berupa kesepakatan UK dan Uni Eropa atas rancangan perjanjian Brexit. Sentimen fundamental menjadi dominan dalam perdagangan pekan lalu. Isu kenaikan suku bunga AS dan perundingan Perang Dagang AS-China menjadi topik utama.
Mario Draghi mengatakan bahwa rencana ECB untuk menyetop program pembelian obligasi sebesar 2.6 triliun pada akhir 2018 akan menandai sebuah permulaan pemulihan ekonomi Zona Euro secara bertahap. Draghi menyadari bahwa dorongan inflasi saat ini memang belum sekuat ekspektasi. Namun, ia optimis bahwa inflasi Zona Euro ke depan akan naik secara bertahap.
Selain itu, Mario Draghi juga menyerukan intensifikasi kerja kebijakan untuk memperkuat ketahanan Zona Euro terhadap krisis. Hal ini terutama berkaitan dengan penyelesaian masalah serikat perbankan. Namun demikian pidato Mario Draghi memang bukan satu-satunya katalis yang mempengaruhi pergerakan pasangan mata uang EURUSD dalam beberapa waktu terakhir.
Secara teknis, pasangan harga EURUSD mungkin masih akan tertekan berdasarkan formasi grafik mingguan. Meskipun tetap perlu diwaspadai intersepsi kenaikan dalam kisaran harian. Penguatan lebih lanjut terjadi apabila EURUSD menembus level 1.1408, sehingga menjaga target kenaikan selanjutnya ke ke 1.1458 hingga 1.1549. Koreksi yang terjadi pada Euro bisa menurunkan pasangan EURUSD ke area 1.1211 – 1.1121, setelah terkonfirmasi dengan menembus 1.1262. (Lukman Hqeem)