ESANDAR, AS – Defisit perdagangan AS merosot 15% di bulan Maret. Penurunan ini hingga menyentuh ke level terendah dalam enam bulan terakhir.
Meski demikian, penurunan ini diperkirakan hanya bersifat sementara saja. Pasalnya, AS berada di jalur untuk menjalankan kesenjangan perdagangan besar pada tahun 2018 yang melebihi defisit pada tahun sebelumnya.
Defisit perdagangan merosot menjadi $ 49 miliar pada Maret dari $ 57,7 miliar pada Februari, demikian data dari Departemen Perdagangan AS yang dipublikasi pada hari Kamis. Sejumlah ekonom yang disurvei oleh MarketWatch memperkirakan kesenjangan sebesar $ 49,4 miliar.
Penurunan ini terjadi sebagai buah dari kenaikan ekspor. Ekspor AS naik 2% menjadi $ 208,5 milyar dan membuat rekor baru. AS dikabarkan mengirim lebih banyak minyak bumi, pesawat penumpang dan bahkan kedelai dan jagung menjelang pengenaan tarif yang tertunda oleh Cina sebagai pembalasan atas sanksi perdagangan AS. Sayangnya, ekspor mobil AS jatuh.
Impor AS sendiri juga mengalami penurunan sebesar 1,8% menjadi $ 257,5 miliar. AS mengimpor beberapa barang konsumen seperti TV, komputer, mainan, dan peralatan. Impor anggur dan bir juga turun. Melemahnya impor AS di bulan ini, berbanding terbalik dengan bulan lalu yang luar biasa kuat. Patut diduga bahwa volatilitas impor ini berasal dari pengaruh Tahun Baru Imlek Cina. Juga, beberapa impor mungkin dipercepat dalam mengantisipasi kebijakan tarif Cina.
Memang AS masih mengalami defisit perdagangan dengan semua mitra dagang utama kecuali Cina. Lebih banyak barang buatan Amerika dikirim ke China pada bulan Maret dan lebih sedikit barang-barang Cina dikirim ke AS. Meski demikian, secara tahunan defisit perdagangan AS dengan Cina masih berjalan di atas kecepatan tahun lalu. Begitu juga kesenjangan dalam perdagangan AS dengan Meksiko.
Alhasil, penurunan defisit perdagangan ini mencegah penurunan tajam dalam produk domestik bruto AS. Ini merupakan elemen melihat ekonomi AS yang tumbuh lumayan 2,3% pada kuartal pertama 2018. Selama beberapa tahun terakhir, AS telah mengalami defisit besar. Kondisi ini diperkirakan tidak akan berubah dalam waktu dekat meskipun ada dorongan dari Presiden Trump untuk mengurangi kesenjangan itu sendiri.
Tidak tanggung-tanggung, Gedung Putih bahkan telah menghantam dinding perlawanan. Sementara itu, tekanan dari kalangan bisnis domestik dan pemerintah asing kepada pemerintah AS atas kebijakan tarif terus mengemuka. Termasuk desakan pada kebijakan tariff baja dan miliaran dolar dalam barang-barang yang berasal Cina.
Perang dagang AS – Cina dianggap merusak bahkan telah berkontribusi terhadap penurunan saham AS baru-baru ini dan mungkin merugikan ekonomi kedua negara. Beberapa perusahaan mengeluh bahwa mereka harus membayar harga yang lebih tinggi untuk baja dan banyak eksekutif khawatir tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.
Trump boleh saja mengakui keberhasilannya melawan Cina. Meski demikian dengan negara-negara lain, keuntungannya mungkin tidak akan dengan segera atau secara besar-besaran. Manfaat apa pun dari kebijakan tariff Trump diharapkan akan bertahap dirasakan. (Lukman Hqeem)