ESANDAR – Wall Street melemah sedikit pada akhir perdagangan pada hari Selasa (26/03/2024), sebagian besar selaras dengan pergerakan pasar saham global yang lemah, sementara yen melayang mendekati level intervensi tahun 2022 setelah pernyataan Jepang yang lebih resmi untuk mencegah aksi jual mata uang tersebut sejak pengetatan kebijakan moneter minggu lalu.
Imbal hasil Obligasi hampir tidak bergerak, mencerminkan perdagangan yang tenang di seluruh kelas aset menjelang Jumat Agung, ketika pasar AS dan banyak pusat keuangan lainnya tutup.
Indek S&P 500 ditutup turun 14,61 poin, atau 0,28%, pada 5.203,58. Indek Dow Jones turun 31,31 poin, atau 0,08% menjadi 39.282,33, dan Nasdaq turun 68,77 poin atau 0,42% menjadi 16.315,70. Indeks MSCI global turun 1,02 poin, atau 0,13%, menjadi 778,43. Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang ditutup naik 0,25% lebih tinggi 0,25%, pada 535,59.
Dinamika pasar saat ini sangat menarik, terjadi setelah pertemuan Fed dan minggu yang tenah karena adanya libur pasar. Disisi lain, pengaruh data akan menjadi sangat besar. Perdagangan cenderung bergerak bolak-balik dalam kisaran saja.
Hal yang menjadi sorotan pasar adalah pergerakan yen. Pada perdagangan USD/JPY, diperdagangkan mendekati titik terlemahnya terhadap dolar sejak tahun 1990, bahkan setelah Bank of Japan menaikkan suku bunga minggu lalu untuk pertama kalinya dalam 17 tahun.
Dolar AS naik 0,1% menjadi 151,56 yen, menghadapi risiko intervensi Jepang untuk mencegah penurunan lebih lanjut dalam mata uang Jepang. Dolar/yen naik menjadi 151,94 pada Oktober 2022, sebelum intervensi mendorongnya lebih rendah.
Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki mengatakan pada hari Selasa bahwa ia tidak akan mengesampingkan tindakan apa pun untuk mengatasi melemahnya yen, mengulangi peringatan dari diplomat mata uang utama Tokyo pada hari sebelumnya.
Sementara dalam perdagangan lainnya, USD/CNH melemah 0,06% menjadi 7,248 versus yuan Tiongkok di luar negeri, yang didukung setelah penetapan rentang perdagangannya lebih kuat dari perkiraan.
Pasar sempat gelisah karena anjloknya yuan pada hari Jumat, setelah berbulan-bulan perdagangan ketat, dan beberapa pihak berspekulasi bahwa Cina akan melonggarkan cengkeramannya terhadap mata uang tersebut agar mata uang tersebut bisa jatuh.
Ada perubahan di pasar valuta asing, dimana potensi intervensi dari Jepang dan Cina dapat terjadi. Disisi lain, ini menjadi sinyal positif bahwa baik Jepang dan Cina benar-benar peduli terhadap perekonomian dan bersedia untuk turun tangan. Sementara hal yang menjadi fokus diantaranya adalah potensi stimulus yang cukup besar dalam menangani deflasi yang terjadi.
Penurunan nilai yen sebesar 14% selama 12 bulan terakhir mendorong lonjakan indeks Nikkei 225 ke rekor tertinggi dalam beberapa hari terakhir, meskipun tergelincir 0,04% pada hari Selasa.
Sebelumnya, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) tidak mengubah suku bunga AS dan proyeksi dot plot median FOMC tidak menunjukkan perubahan terhadap proyeksi sebelumnya yaitu tiga kali penurunan suku bunga pada tahun ini, meskipun perekonomian kuat dan inflasi tidak stabil.
Hal ini agak membingungkan setelah Presiden Fed Chicago Austan Goolsbee pada hari Senin mengatakan ia telah memperkirakan tiga kali penurunan suku bunga tahun ini, Gubernur Fed Lisa Cook mendesak agar berhati-hati dan Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic mengulangi pernyataannya pada hari Jumat yang memangkas ekspektasinya menjadi satu pemotongan.
Suku bunga berjangka AS memperhitungkan sekitar tiga kali penurunan suku bunga The Fed tahun ini dan sekitar tiga dari empat peluang penurunan suku bunga pertama di bulan Juni.
Imbal hasil (yield) AS naik tipis setelah sebuah laporan menunjukkan pesanan barang-barang manufaktur AS yang tahan lama meningkat lebih dari perkiraan pada bulan Februari, sementara belanja bisnis pada peralatan menunjukkan tanda-tanda pemulihan sementara, sehingga meningkatkan prospek perekonomian pada kuartal pertama.
Harganya sedikit melemah setelah Departemen Keuangan melelang obligasi lima tahun senilai $67 miliar karena tingginya permintaan. Imbal hasil obligasi acuan 10 tahun AS turun 2,5 basis poin menjadi 4,228%. Imbal hasil obligasi 2 tahun, yang biasanya bergerak sesuai ekspektasi suku bunga, tetap datar di 4,5868%.
Data terpenting minggu ini, Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi bulan Februari, muncul pada akhir minggu, ketika hampir tidak ada orang yang memperhatikannya.
Pemerintah federal buka pada hari Jumat Agung, namun pasar obligasi dan pasar saham tutup, sehingga reaksi perdagangan apa pun akan terjadi pada hari Senin.
Sementara dalam perdagangan komoditi, harga minyak mentah berjangka AS menetap 0,4% lebih rendah pada $81,62 per barel dan Brent menetap 0,58% lebih rendah pada $86,25 per barel.
Harga emas di pasar spot bertambah 0,24% menjadi $2,176.69 per ounce. Emas di bursa berjangka AS naik 0,09% menjadi $2,176.80 per ounce.