Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR – Saham Asia terbukti tangguh pada hari Senin dan harga minyak kembali naik karena konflik antara Israel dan Iran tidak menunjukkan tanda-tanda mereda, menambah ketidakpastian geopolitik terhadap masalah ekonomi dunia dalam seminggu yang dipenuhi dengan pertemuan bank sentral. Eskalasi terjadi tepat saat para pemimpin Kelompok Tujuh berkumpul di Kanada, dengan tarif Presiden AS Donald Trump yang telah membebani hubungan. Namun tidak ada tanda-tanda kepanikan di antara investor karena pasar mata uang tetap tenang dan saham berjangka Wall Street menguat setelah penurunan awal.

Harga minyak memang naik 1% dari lonjakan 13% minggu lalu dalam denyut inflasi yang, jika berkelanjutan, akan membuat Federal Reserve semakin kecil kemungkinannya untuk memangkas suku bunga saat bertemu pada hari Rabu.

Fed Fund Rates menyiratkan hampir tidak ada peluang penurunan dalam kisaran suku bunga 4,25% hingga 4,5%, dan sedikit prospek pergerakan pada bulan Juli. Pasar akan sangat sensitif terhadap setiap perubahan dalam jalur “dot plot” Fed untuk suku bunga. FOMC akan merilis serangkaian prakiraan ekonomi baru, dan diperkirakan bahwa prakiraan suku bunga ‘titik-titik’, yang terakhir menunjukkan ekspektasi median dua pemangkasan tahun ini, malah akan mencari hanya satu pemangkasan tahun ini. Pasar sendiri masih berkeyakinan pada dua pelonggaran pada bulan Desember, dimana langkah pertama kemungkinan akan dilakukan pada bulan September.

Sementara data penjualan ritel AS pada hari Selasa juga akan menjadi rintangan, karena kemunduran dalam otomotif dapat menyeret berita utama turun bahkan saat penjualan inti naik. Libur pasar pada hari Kamis, berarti angka klaim pengangguran mingguan akan keluar pada hari Rabu.

Untuk saat ini, investor menunggu perkembangan saat indek MSCI Asia-Pasifik di luar Jepang naik tipis 0,3%. Indek Nikkei 225 Jepang menguat 1,2% dan Indek saham KOSPI Korea Selatan naik 1,3%. Sementara indek saham unggulan Cina naik 0,1% karena data menunjukkan penjualan ritel naik 6,4% pada bulan Mei hingga melampaui perkiraan, sementara produksi industri sesuai dengan ekspektasi.

Kontrak berjangka S&P 500 naik 0,2% dan kontrak berjangka Nasdaq naik 0,3%, pulih dari penurunan awal. Pasar Eropa lebih tertekan oleh ketergantungan kawasan tersebut pada impor minyak. Indek EUROSTOXX 50 turun 0,2%, sementara DAX Futures turun 0,3%. FTSE Futures sedikit berubah.

Baca juga : Bursa Saham Bangkit Kembali Dengan Putusan Pengadilan

Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik 2 basis poin menjadi 4,43%, menunjukkan sedikit tanda permintaan safe haven.

Di pasar mata uang, dolar bertahan stabil terhadap yen Jepang di 144,17, sementara euro hampir tidak berubah di $1,1545. Lonjakan harga minyak berdampak negatif bagi yen dan euro karena Jepang dan UE merupakan importir utama energi, sementara Amerika Serikat merupakan eksportir. Sebaliknya, mata uang dari eksportir minyak seperti Norwegia dan Kanada sama-sama diuntungkan. Krown Norwegia mencapai titik tertinggi sejak awal 2023.

Bank sentral di Norwegia dan Swedia bertemu minggu ini, dan Swedia diperkirakan akan memangkas suku bunga. Bank Nasional Swiss bertemu pada hari Kamis dan diperkirakan akan memangkas setidaknya seperempat poin untuk menjadikan suku bunga nol, dengan beberapa kemungkinan suku bunga akan menjadi negatif mengingat kekuatan franc Swiss.

Bank Jepang mengadakan pertemuan kebijakan pada hari Selasa dan diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada 0,5%, sambil tetap membuka kemungkinan pengetatan di akhir tahun. Ada juga spekulasi bahwa bank sentral dapat mempertimbangkan untuk memperlambat penurunan kepemilikan obligasi pemerintahnya mulai tahun fiskal berikutnya.

Di pasar komoditas, emas mendapat tawaran safe haven yang moderat dari ketegangan di Timur Tengah dan bertahan pada $3.430 per ons. Harga minyak didorong oleh kekhawatiran bahwa konflik Israel-Iran dapat menyebar dan mengganggu ekspor dari kawasan tersebut, khususnya melalui Selat Hormuz yang vital. Brent naik 72 sen menjadi $74,95 per barel, sementara minyak mentah AS naik 84 sen menjadi $73,82 per barel.