ESANDAR, Jakarta – Bursa saham Asia pada perdagangan akhir minggu ini bersiap mencetak rekor kenaikannya. Enam minggu naik beruntun, ditengah bayang-bayang kenaikan imbal hasil Obligasi AS yang menekan pasar.
Keyakinan para pialang akan kenaikan lebih lanjut sebagai antisipasi penutupan sejumlah layanan pemerintah AS jika esok tidak tercapai kesepakatan antara Pemerintah AS dengan lembaga ekskutif.
Indek saham Asia Pasifik MSCI naik dipimpin oleh sektor industry dan prdusen barang konsumtif. Bursa saham terbesar kenaikannya adalah Jepang, sementara Hong Kong dan Sydney datar-datar saja perdagangannya. Indek Topix Jepang naik 0.5 percent. Indek Hang Seng Hong Kongberubah tipis sementara Indek Kospi masih adem ayem.
Hampir semua saham-saham AS terkorkesi dalam perdagangan hari Kamis. Imbal hasil Obligasi AS 10T menjadi sentiment negative denga naik ke posisi tertinggi sejak 2014 silam. Disisi lain, Yuan menguat 6.4 untuk pertam kalinya dengan Dolar AS sejak 2015. Mata uang Cina ini naik 1% dan menjadi pemimpin sejumlah mata uang Lokal.
Kenaikan imbal hasil Obligasi ini naik setelah investor meyakini kenaikan inflasi AS dengan membaiknya kondisi ekonomi saat ini. Penjualan Obligasi pada hari Kamis kemarin berlangsung marak ditengah keyakinan inflasi akan terus berkembang. Harapan ini semakin kuat dengan kenyataan bahwa Cina sebagai Negara pemegang terbesar Obligasi AS mengalami pertumbuhan ekonomi pula. Alhasil memperkuat keyakinan kondisi ekonomi global akan membaik. Tentu saja ini akan menjadi pijakan yang kokoh bagi kenaikan harga saham pula. Imbal hasil Obligasi AS 10T, mencapai posisi tertinggi dengan sebesar 2,63%.
Pada perdagangan mata uang, pasangan USDJPY masih datar-datar diperdagangkan di 111.07 per dolar. Indek Dolar AS sendiri masih berubah tipis, sebesar 0,2%. Sementara pada perdagangan EURUSD diperdagangkan di $1.2239 dan GBPUSD di $1.3894, mendekati level tertinggi sejak Juni 2016.
Setelah ditutup melemah, harga emas disesi perdagangan Asia mampu naik 0.3% ke $1,330.90 per troy ons. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) masih jatuh, sebesar 0.8% ke $63.43 per barel. Pada perdagangan mata uang Kripto, harga Bitcoin masih diatas $11,000. (Lukman Hqeem)