ESANDAR, Jakarta – Bursa saham Jepang jatuh pada Selasa (25/12) menyeret sejumlah bursa saham Asia lainnya menyusul kerugian besar di Wall Street yang dipicu oleh serangan Presiden Donald trump terhadap bank sentral AS.
Indek Nikkei 225 turun 5%, mencapai titik terendah sejak Mei 2017 dengan penutupan di 19.155,74. Indek sekarang turun sekitar 21% dari posisi tertinggi pada awal Oktober. Kondisi ini memenuhi definisi masuknya pasar kedalam tren menurun (bearish).
Kerugian semakin luas, dimana semua 33 subsektor di Tokyo Stock Exchange membukukan kerugian. Saham Fuji Electric turun lebih dari 7%, SoftBank Group turun 7,6%, Fast Retailing turun lebih dari 4% dan Toyota tenggelam lebih dari 5%.
Sementara indek Shanghai Cina harus kehilangan sebesar 0,9%, dimana Indek Shenzhen juga kurang lebih sama. Bursa saham Hong Kong, Korea Selatan tutup pada perdagangan kemarin untuk libur Natal. Namun diperkirakan pada pembukaan perdagangan hari Rabu (26/12) akan langsung mengikuti penurunan yang terjadi ini.
Aksi jual dipicu hampir seluruhnya oleh perkembangan di pasar AS, bukan oleh faktor domestik yang negatif. Indek di Wall Street turun lebih dari 2% pada hari Senin setelah cuitan Donald Trump bahwa Federal Reserve adalah “satu-satunya masalah ekonomi AS”.
Indek S & P 500 turun 2,7% menjadi 2,351.10. Indek ini turun 19,8% dari puncaknya pada 20 September, mendekati penurunan 20% yang secara resmi berarti akhir dari pasar bull, mengakhiri reli terpanjang untuk perdagangan saham ini dalam sejarah modern yang berjalan hampir 10 tahun. Indek Dow Jones tenggelam 2,9% ke 21.792,20.
Indek Nasdaq tergelincir 2,2% menjadi 6.192,92. Dengan hasil demikian, Indek Saham AS berjalan dalam lajur menuju catatan kinerja bulan Desember sebagai yang terburuk sejak 1931, era depresi hebat.
Menteri Keuangan Steven Mnuchin telah berusaha untuk menenangkan investor, namun justru memperburuk keadaan. Pada hari Minggu sebelumnya, Steve Mnuchin telah melakukan hubungan komunikasi ke kepala enam bank terbesar AS, tetapi langkah hanya mengangkat tentang ekonomi.
Pasar telah dipanggang oleh kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi global, perselisihan perdagangan dengan China dan kenaikan suku bunga oleh Fed. Terlebih setelah cuitan tentang ekonomi yang tidak stabil oleh Presiden Donald Trump kepada the Fed.
“Satu-satunya masalah adalah ekonomi kita memiliki Fed,” kata presiden di Twitter. “Mereka tidak memiliki perasaan untuk Pasar, mereka mengerti Perang Perdagangan yang diperlukan atau Dolar Kuat atau bahkan Demokrat atas Perbatasan. The Fed adalah pegolf yang kuat yang tidak bisa mencetak gol karena dia tidak memiliki sentuhan – dia bisa ‘putt!”
Sebagian besar ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi A.S. akan melambat pada 2019, bukan meluncur ke resesi besar-besaran. Tetapi presiden telah menyuarakan amarahnya atas keputusan Fed untuk menaikkan suku bunga jangka pendek utamanya empat kali pada 2018. Itu untuk mencegah ekonomi dari kepanasan. (Lukman Hqeem)