ESANDAR, Jakarta – Mengawali perdagangan minggu ini, bursa saham Asia masih mendapat tekanan diawal perdagangan, Senin (22/07/2019). Kerusuhan demonstrasi di Hong Kong, semakin menekan Hang Seng.
Bursa saham Hong Kong tentu mendapat pukulan dengan kondisi politik domestik. Indek Hang Seng menderita mabuk karena demonstrasi akhir pekan kemarin kembali membuat Hong Kong macet. Protes pro-demokrasi yang dimulai bulan lalu dalam menentang RUU ekstradisi yang kontroversial hanya sedikit menunjukkan tanda-tanda mereda. Semakin lama demonstrasi ini berlangsung, semakin besar jumlah korban baik secara riil maupun psikologis akan berdampak negatif pada pusat keuangan Hong Kong yang berkembang pesat.
Disisi lain, ekspektasi pasar pada pengurangan suku bunga AS sebesar sebesar 25 bp dianggap kurang akomodatif. Namun menurut Stephen Innes, dari Vanguard – SPI Asset Management Singapore kepada ESANDAR, menyatakan bahwa jika mengukur risiko pasar ekuitas saat ini, sebesar 90% dipengaruhi kebijakan Fed, dan 10% dari kekhawatiran kondisi geopolitik. Alasannya adalah investor masih tetap sepenuhnya terpikat oleh kebijakan yang lebih longgar, semakin baik peluang risiko.
Pada perdagangan logam mulia, harga emas telah memasuki masa konsolidasi di level support $ 1420-25. Mempertimbangkan latar belakang kenaikan risiko geopolitik karena Hong Kong dan Timur Tengah dan kebijakan bank sentral yang dovish tetap sangat mendukung kenaikan harga emas dikemudian hari.
Sementara dalam perdagangan komoditi lainnya, harga minyak tetap mendapat dukungan didukung karena solusi diplomatik untuk perselisihan AS-Iran tetap menjadi jembatan yang terlalu jauh pada tahap ini. Tetapi sementara ada banyak “asap”, tetapi tanpa percikan untuk menyalakan tong-tong yang membara, para pedagang tetap bersikap tentatif, yang memungkiri fakta bahwa pasar mungkin tidak cukup menilai risiko ini. Paling tidak, risiko pasokan ini harus menopang harga minyak. (Lukman Hqeem)