Bursa saham AS pada Pekan ini diawali dengan perdagangan yang bergerak bolak balik

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Bursa saham AS berakhir naik dalam perdagangan di hari Selasa (18/06/2019). Indek Dow Jones dan S&P 500 bahkan mampu mencatatkan rekor pada level tertinggi dalam sekitar enam minggu. Hasil nyata ini terjadi menjelang keputusan penting The Federal Reserve dalam pertemuan dua hari. Disisi lain, pasar mendapatkan dorongan kenaikan setelah Presiden AS Donald Trump mencuitkan bahwa ia telah melakukan pembicaraan telepon yang produktif dengan Presiden China Xi Jinping.

Indek Dow Jones naik 353,01 poin, atau 1,4%, pada 26,465,54, menempatkan kenaikan sebesar 1,4% dari posisi tertinggi 3 Oktober yang merupakan posisi tertinggi sepanjang di akhir perdagangan. Indek S&P 500 naik 28,08 poin , atau 1%, pada 2.917,75, juga menempatkan indek dalam kenaikan sebesar 1% dari rekor sebelumnya tanggal 30 April di 2.945,83. Sementara Indek Nasdaq naik 108,86 poin, atau 1,4%, pada 7.953,88. Hasil akhir untuk ketiga benchmark mewakili penutupan tertinggi sejak setidaknya 7 Mei.

Presiden AS Donald Trump melalui Twitter bahwa ada “pertemuannya diperpanjang” dengan Presiden China Xi Jinping pada pertemuan Kelompok 20 di Jepang. Menurut Bloomberg, kedua presiden ini akan bertemu di sela-sela pertemuan G-20 di Osaka, Jepang pada minggu depan.

Cuitan Trump tersebut muncul setelah pembicaraan perdagangan AS-Cina yang terhenti, dan ada keraguan apakah tambahan tarif sebesar 25% pada lebih dari $ 300 miliar barang-barang Cina akan segera berlaku. Pemberlakuan ini dianggap semakin meningkatkan konfrontasi perdagangan antara kedua negara yang berlarut-larut. Hal yang membuat pasar global tertatih-tatih.

Sebelumnya, Indek saham sudah terapung setelah Presiden ECB Mario Draghi pada konferensi bank sentral tahunan di Sintra, Portugal mengatakan bahwa para pembuat kebijakan di bank sentral akan mempertimbangkan “dalam beberapa minggu mendatang” bagaimana menyesuaikan alat kebijakannya “sepadan dengan keparahan risiko” dengan prospek ekonomi. Pernyataan Draghi ini menjadi sebuah sinyal bahwa ECB mungkin bersedia menurunkan suku bunga. Paska pernyataan ini, Euro dalam perdagangan EURUSD, meluncur naik terhadap dolar AS.

Komentar Draghi datang ketika Fed akan memberikan keputusan kebijakan yang penting, dengan harapan bahwa pembuat kebijakan akan menunjukkan kesediaan untuk mengurangi biaya pinjaman patokan tahun ini di tengah-tengah ketegangan perdagangan global, perlambatan ekonomi global serta di AS. Investor ingin untuk melihat apakah ekspektasi tersebut sesuai dengan apa yang dipikirkan Fed, meskipun tidak ada pergerakan suku bunga yang diharapkan pada pertemuan minggu ini.

Prospek kebijakan ‘stimulus tambahan’ bisa mengguncang pasar saham lebih tinggi. ECB tampaknya mengikuti jejak The Fed dalam menggunakan bahasa dovish. Namun demikian, jika The Fed tidak tampak cukup dovish,  termasuk dengan mengeluarkan kata “sabar” dalam pernyataan mereka yang akan datang, atau pertemuan G20 tidak menghasilkan kemajuan yang signifikan dalam perang perdagangan dengan China, maka pasar akan mengalami penurunan yang tajam.

Sementara itu, imbal hasil Obligasi AS untuk tenor 10-tahun telah menyentuh level terendah dalam 21-bulan ini pada angka 2,02%, sedangkan Obligasi Jerman untuk tenor yang sama, diperdagangkan di sekitar imbal hasil yang rendah pada negatif 0,313%, sebuah rekor.

Dalam perdagangan di bursa saham Asia, Indek Hang Seng Hong Kong, naik 1%. Indek Nikkei 225 turun 0,7%. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate CLN19, -0,04% selesai lebih tinggi, sementara emas berjangka GCN19, -0,32% menetap di level tertinggi 14-bulan, bahkan saat dolar AS menguat terhadap euro, dengan indeks Dolar AS ICE DXY, – 0,07% naik 0,1% pada 97,64. (Lukman Hqeem)