ESANDAR – Harga emas berakhir lebih rendah dalam perdagangan di hari Selasa (13/08/2019). Mengalami penurunan tajam dari posisi tertinggi perdagangan hari itu, di harga puncak dalam enam tahun terakhir ini.
Dorongan turun harga emas didapatkan setelah Amerika Serikat (AS) menyatakan bahwa mereka akan menunda pengenaan tariff impor China dan menjadwalkan kembali perundingan lanjutan. Kedua negara saat ini tengah menyusun langkah guna mengakhiri perang dagang diantara AS – China.
Di hari Selasa, Kantor Perwakilan Dagang AS mengatakan bahwa AS akan menunda pemberlakuan tarif 10% untuk produk-produk Cina tertentu, termasuk ponsel dan komputer laptop, hingga 15 Desember. Langkah itu datang ketika juru bicara USTR mengatakan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Treasury Sekretaris Steven Mnuchin mengadakan diskusi dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He dan para pejabat akan berbicara lagi dalam dua minggu.
Berita penundaan tarif tersebut dipandang pelaku pasar sebagai momentum untuk melikuidasi keuntungan sementara yang didapatkan dari kenaikan sebelumnya. Investasi kembali mengalir pada aset yang lebih berisiko seperti saham. Namun meski tertekan, pelaku pasar yakin emas masih akan bertahan harganya diatas $1500, pasalnya sejumlah indikator dan berita dalam pekan ini masih menyisakan ketidak pastian pula.
Harga logam mulia naik di atas $ 1.546 di awal transaksi, yang menjadi level intraday tertinggi untuk kontrak paling aktif sejak April 2013, karena investor mengawasi protes di Hong Kong, dampak dari primer Argentina akhir pekan Pemilu dan penurunan tajam baru-baru ini di pasar ekuitas, serta kekhawatiran atas prospek ekonomi terkait dengan perang perdagangan AS-Cina.
Emas untuk kontrak pengiriman Desember di bursa Comex turun $ 3,10, atau 0,2%, di $ 1,514,10 per troy ons setelah diperdagangkan hingga ke harga $ 1,546,10 per troy ons. Emas juga naik 5,2% pada bulan Agustus, dengan kenaikan 18% sepanjang tahun ini. Harga emas menurun setelah menunjukkan bahwa indeks harga konsumen AS naik 0,3% pada bulan Juli, sesuai dengan perkiraan, sementara angka inti, yang menghapus eksponen makanan dan energi, juga naik 0,3%. Dari tahun ke tahun, harga konsumen naik 1,8% versus kenaikan sebesar 1,6% di bulan Juni.
Sinyalemen ekonomi AS yang positif, akan menjadi ganjalan bagi harga emas untuk naik. Dolar berpotensi naik dengan kemungkinan sikap The Fed yang menunda pemangkasan suku bunga kembali apabila ekonomi AS terus membaik. Sesuatu yang menjadi sentiment negatif harga emas.
Namun demikian, dalam jangka pendek setidaknya harga emas masih akan bersinar. Dorongan penguatan harga emas bersumber dari ketidak pastian dan kekhawatiran pasar atas kemungkinan tindakan keras China terhadap protes di Hong Kong. Ketidak pastian ini telah memicu permintaan untuk aset surgawi, termasuk emas sebagaimana terindikasi dalam perdagangan Selasa pagi.
Para analis mengatakan hasil pemilihan umum di Argentina pada hari Minggu yang dimenangkan oleh Presiden pro-bisnis Mauricio Macri, menimbulkan pertanyaan tentang prospek pemilihan ulang musim gugur ini, dan juga memicu permintaan emas setelah mengirim peso Argentina jatuh pada hari Senin.
Kekhawatiran pasar yang paling besar masih tetap pada prospek perang dagang AS-Cina yang semakin dalam. Namun, setelah berita di hari Selasa tentang potensi kemajuan dalam pembicaraan perdagangan AS-China, saham bergerak naik tajam di Wall Street, menarik minat investor menjauh dari emas.
Melihat keseluruhan kinerja emas, ada beberapa alasan harga emas masih akan naik di 2019. Ruang kenaikan harga bahkan dinilai masih panjang, meski ada potensi penurunan dalam jangka pendek sebelum pasar melakukan konsolidasi. Gelombang aksi ambil untung akan menekan harga emas menguji ke $1400an kembali. Meski potensi kenaikan lebih lanjut paska konsolidasi akan mengarahkan harga emas dalam kisaran $1550, dimana pada tahun 2020 harga emas diyakini akan ada di kisaran $1650.