Akitifitas ekspor di Pelabuhan Korea Selatan

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Angka ekspor Korea Selatan mengalami kenaikan, sayangnya lapangan kerja yang tercipta akibat dorongan ekspor tetap tidak bisa mengurangi pengangguran. Angka pengangguran masih cukup tinggi.

Pada hari Minggu (18/02/2018) dilansir data ekonomi terkini Korea Selatan. Dimana menunjukkan angka ekspor dan tingkat pengangguran. Pertumbuhan ekspor Korea Selatan membantu menciptakan rekor 4,47 juta pekerjaan pada 2017. Demikian sebuah laporan oleh sebuah kelompok pemikir lokal.

Ekspor dari Negara dengan Perekonomian terbesar keempat di Asia ini senilai US $ 573,7 miliar tahun lalu. Jumlah ini tertinggi dihitung dalam periode satu tahun, dimana keuntungan tersebut berkontribusi pada sejumlah besar lapangan kerja baru di negara ini. Demikian temuan oleh Institute for International Trade (IIT).

Lembaga tersebut mengatakan bahwa ekspor keseluruhan melampaui 4.08 juta posisi yang dibuat oleh ekspor pada tahun 2016, dengan efek penciptaan lapangan kerja dari ekspor ke semua posisi yang tercipta mencapai 16,8 persen tahun lalu untuk keuntungan 1,3 poin persentase dibandingkan tahun sebelumnya. Industri otomotif menyumbang 640.000 pekerjaan baru, diikuti 360.000 pekerjaan di industri semikonduktor.

Meskipun mendapat keuntungan, IIT yang di bawah Asosiasi Perdagangan Internasional Korea (KITA) mengatakan jumlah pekerjaan yang tercipta per $ 1 juta pada ekspor mencapai 7,79 pada tahun lalu, turun dari 8,22 pada tahun 2016. Jatuhnya lapangan kerja ini terutama disebabkan oleh kurangnya pekerjaan di sektor tekstil dan elektronik.

Laporan terakhir kemudian mengatakan kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi mencapai 64,5 persen, tertinggi sejak 66 persen dihitung pada 2012. Dikatakan kenaikan volume dan kenaikan harga satuan barang yang dikirim ke luar negeri semuanya berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi untuk negara tersebut. Laporan tersebut juga mengatakan bahwa efek ekspor yang meningkatkan impor naik 0,7 persen menjadi 44,1 persen tahun lalu, dengan rasio nilai tambah pengiriman keluar pada ekonomi lokal turun sedikit menjadi 55,1 persen dari 55,9 persen pada tahun 2016.

Memang tingkat pengangguran Korea Selatan tetap tinggi meski tanda-tanda pemulihan ekonomi terjadi secara solid di pasar kerja negara maju lainnya tahun lalu, data menunjukkan hari Minggu.

Tingkat pengangguran Korea Selatan mencapai 3,73 persen tahun lalu, menurut data yang dikumpulkan oleh Statistik Korea. Angka tersebut menandai empat tahun berturut-turut angka yang memburuk mulai tahun 2013.

Dibandingkan dengan empat Negara ekonomi terbesar lainnya di Asia, yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) yang berbasis di Paris melaporkan kenaikan tajam dalam kesempatan kerja untuk mengatasi tren pemulihan ekonomi.

Rata-rata pengangguran di antara 33 negara anggota OECD mencapai 5,78 persen pada 2017, menurut data yang dikumpulkan oleh OECD. Angka tersebut mencapai rekor tertinggi 8,34 persen pada 2010 menyusul bencana keuangan di seluruh dunia pada tahun 2008 namun terus meningkat dari waktu ke waktu untuk pulih ke tingkat 5 persen. Ambil saja contoh Jepang dan Amerika Serikat , dimana tingkat pengangguran mereka turun menjadi 2,81 persen dan 4,35 persen tahun lalu.

Tingkat pengangguran adalah jumlah orang yang menganggur sebagai persentase angkatan kerja, kata OECD. Orang yang menganggur adalah mereka yang melaporkan bahwa mereka tanpa pekerjaan tetapi tersedia untuk bekerja dan telah mengambil langkah aktif untuk mencari pekerjaan dalam empat minggu terakhir. (Lukman Hqeem)