ESANDAR, Jakarta – Data CPI AS yang meleset dari harapan, sebagaimana yang diumumkan pada akhir pekan kemarin , menuntun pada ketidak pastian kebijakan moneter. Tidak tanggung-tanggung, pasar merasakan kenaikan ketidak pastian ini hingga tiga kali lipat. Ini tentu saja menjadi sentiment negatif bagi Dolar AS yang langsung terdesak dan menghantui tren kenaikannya.

Dalam mengkukur inflasi, secara teori ketika tingkat pengangguran turun, inflasi berpotensi meningkat. Faktanya, penurunan tingkat pengangguran yang signifikan di AS belum bisa menaikkan laju inflasi secara nyata pula. Hanya sedikit pertumbuhannya, termasuk menggunakan indicator indeks PCE inti. Inflasi AS hingga kini masih gagal mencapai tingkat target 2 persen. Melihat kecenderungan yang ada, pengaruh teknologi pada harga yang lebih murah kemungkinan akan bertahan untuk masa mendatang.

Selain itu, pasar juga menilai data bulanan iflasi itu sendiri membingunkan daripada memberikan indikasi yang jelas mengenai arah kebijakan moneter AS. Sudah lazim apabila menyangkut inflasi, sumber tunggalnya adalah The FED. Namun jika ditelisik lebih jauh, alasan target inflasi 2%, respons yang mungkin terjadi adalah “itu karena adanya begitu”.

Perilaku pasar bisa menjadi contoh nyata bagaimana kebingungan dalam mandat inflasi Fed telah mendistorsi sentimen keyakinan dolar. Pada minggu lalu data ekonomi AS yang beredar menunjukkan tingkat rata-rata pendapatan per jam mengalami kenaikan. Hal ini meningkatkan keyakinan pada Dolar AS yang kemudian melonjak menjadi +2,5 pada skala +/- 3. Sayangnya, USD kemudian turun menjadi -1,5 pasca data CPI diedarkan. Posisi Flip Flops ini menambahkan elemen gangguan yang tidak diinginkan bagi pasar, dimana dengan mudahnya The Fed bisa mengubah lurus sekehendaknya.

Kondisi pasar uang dalam satu minggu kedepan masih diwarnai dengan beragam sentiment penting. Drama Brexit terus meningkat, dimana Perdana Menteri Inggris Theresa May diperkirakan akan melakukan kesepakatan dengan para pemimpin Uni Eropa terkait masalah transisi keluarnya Inggris tersebut. Dari perspektif Uni Eropa, peristiwa ini mungkin merupakan kasus dimana Inggris ditantang untuk “tunjukkan uangnya” dan pemimpin UE akan terus memberi tahu usulan apapun sampai pemeriksaan cerai ditandatangani. Skenario ini tidak bagus untuk Poundsterling diminggu depan ini.

Referendum Spanyol sekarang tidak penting untuk pasar mata uang Euro, namun pemilihan di Austria pada hari Minggu dapat menjadi sentiment utama jika Partai Kebebasan Austria yang paling kanan memiliki tampilan yang lebih kuat dari yang diperkirakan. Partai Kebebasan diperkirakan akan membentuk sebuah koalisi. Kisaran perdagangan masih stabil dan tidak terlalu fluktuatif.

Sementara menyangkut usulan reformasi pajak AS oleh Pemerintahan Presiden Donald Trump, masih akan berjuang dan tarik ulur kembali. Disisi lain, para pialang tidak mudah mengesampingkan data CPI dan penjualan eceran AS, sementara mereka juga menitikberatkan perhatian pada siapa yang akan menduduki pimpinan Gubernur Bank Sentral AS. Kandidat yang paling menarik adalah Ekonom Stanford, John Taylor yang merupakan orang paling hawkish diantara semua kandidat.

Pasar mengingat bagaimana “Taylor Rule” menjadi panduan menilai suku bunga Bank Sentral AS. Model peramalan tingkat bunga yang ditemukan dan disempurnakan oleh Dr Taylor yang memperkirakan Dana Fed ~ 3,75% vs 1,25% saat ini. Pasar awalnya sedikit terguncang sampai kebingungan dengan meningkatnya pencarian di Google, dan  menemukan bahwa komentarnya yang baru-baru ini tercatat lebih baik untuk menyesuaikan pandangannya dengan langkah normalisasi Feds saat ini. Tidak ada yang kurang, Taylor menyajikan alternatif yang lebih hawkish dibandingkan Powell dan Warsh saat ini. Kedua kandidat ini  juga cukup populer dengan tingkat masing -masing 45% dan 25%.

Sementara itu pemilihan Selandia Baru yang bergejolak akan selesai pada hari Senin saat dewan Selandia Baru akan bertemu untuk memutuskan apakah akan mendukung Partai Buruh atau Pemerintah Nasional. Sekali lagi perdagangan Dolar Selandia Baru bisa berbalik arah yang didorong oleh sentiment politik. Hal ini terbukti menjadi risiko yang signifikan, terlebih lagi ketika USD telah gagal untuk mendapatkan daya tarik nyata selama enam minggu terakhir.

Dari Cina dikabarkan, akan dilakukannya Kongres Partai Komunis Cina ke 19 yang diperkirakan akan meningkatkan risiko. Pekan lalu, fluktuasi RMB bisa dibilang merupakan salah satu penggerak utama sentimen pasar uang dikawasan ini sehingga pedagang lokal akan memiliki mata yang lebih terfokus dan telinganya terhadap risiko utama. Pun juga, hal yang tidak bisa diabaikan adalah data mengenai Cina, seperti tingkat PDB, penjualan eceran dan produksi industry. Data-data ini akan memberikan beberapa sentiment yang baik untuk dipikirkan.

Dolar Aussie mengakhiri pekan ini dengan nada positif dan tampak siap untuk memperpanjang kenaikan minggu depan. (Lukman Hqeem)