ESANDAR, Jakarta – Bursa saham AS, di Wall Street berakhir lebih rendah dalam perdagangan di hari Jumat (21/06/2019) di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan AS. Indeks Dow Jones berada di jalur terbaiknya untuk Juni dalam delapan dekade karena investor mendukung pergeseran kebijakan Federal Reserve ke sikap yang lebih dovish.
Indek S&P 500 turun 3,72 poin, atau 0,1%, menjadi 2.950,46, sehari setelah indeks kapitalisasi besar berakhir di level rekor. Indek Dow Jones kehilangan 34,04 poin, atau 0,1%, menjadi 26.719,13. Indeks ini pada satu titik dalam sesi ini bergerak di atas level penutupan tertinggi pada 3 Oktober. Indeks komposit Nasdaq menumpahkan 19,63 poin, atau 0,2%, menjadi 8.031,71.
Saran yang dibuat oleh Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell pada hari Rabu bahwa bank sentral akan bersedia untuk memangkas suku bunga acuan telah mendukung pasar keuangan. Investor menganggap bahwa pembuat kebijakan moneter dapat mengatur soft landing untuk ekonomi yang telah menunjukkan beberapa tanda tekanan dari pertumbuhan ekonomi yang lamban di luar negeri dan sengketa tarif yang berkepanjangan antara AS dan China.
Indeks saham Hong Kong menyelesaikan kenaikan mingguan terbesar mereka tahun ini karena optimisme masih melekat pada kebijakan moneter yang akomodatif dan pembicaraan perdagangan China-AS. Sayangnya, dalam kinerja harian Indeks Hang Seng tergelincir 0,3% menjadi 28.473,71, memangkas kenaikan mingguan menjadi 5% – masih merupakan kinerja terbaik selama seminggu sejak November. Optimisme atas pembicaraan antara China dan AS untuk menyelesaikan sengketa perdagangan, dan sinyal dari Federal Reserve AS bahwa ada potensi akan memangkas suku bunga tahun ini, juga mendorong kenaikan minggu lalu.
Indek Nikkei Jepang turun karena investor menunggu petunjuk dari pembicaraan perdagangan AS-China. Sementara saham minyak dan pertambangan diminati pasar di tengah meningkatnya risiko geopolitik di Timur Tengah. Nikkei turun 1 % menjadi 21.258,64. Indeks naik 0,7 persen untuk minggu lalu dan membukukan kenaikan minggu ketiga berkat harapan bahwa bank sentral AS akan memangkas suku bunga pada awal bulan depan. Fokus investor sekarang telah bergeser ke pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping selama KTT Kelompok 20 di Jepang minggu depan, dengan harapan bahwa mereka dapat menempatkan negosiasi kembali ke jalurnya untuk mengurangi eskalasi perang dagang.
Sementara dari Korea Selatan dikabarkan bahwa Indek Kospi berakhir lebih lemah pada perdagangan Jumat lalu karena investor melakukan locking atau hedging keuntungan setelah serangkaian kenaikan kuat sebelumnya. Sementara data domestik membebani ekonomi Korea Selatan. Mata uang won Korea melemah, sementara yields obligasi naik. Bursa saham Kospi ditutup turun 5,67 poin atau 0,27 persen pada 2.125,64 poin. Kospi naik 1,44 persen untuk minggu ini. Beberapa investor juga melakukan aksi ambil untung setelah indeks naik tajam untuk sesi ketiga berturut-turut hingga Kamis. Data ekspor Korea Selatan yang lemah juga menambah kekhawatiran terhadap ekonomi.
Presiden Korea Selatan Moon Jae In memecat kedua pembantu kebijakan ekonominya pada hari Jumat karena ekonomi terbesar keempat Asia itu mendingin dengan tajam karena gesekan perdagangan China-AS yang berkepanjangan. (Lukman Hqeem)