ESANDAR – Reli harga minyak terhenti pada perdagangan di hari Selasa (09/10/2024), menyebabkan harga turun lebih dari 4%, setelah kelompok militan Hizbullah dilaporkan mengatakan siap mendukung upaya Lebanon dalam melakukan gencatan senjata dengan Israel. Kabar ini membantu meredakan ketegangan di Timur Tengah.
Disisi lain, para pialang merasa kecewa setelah menunggu aksi Israel dalam menanggapi serangan rudal Iran. Mereka juga kecewa atas kurangnya langkah-langkah stimulus ekonomi baru dari Cina setelah libur nasional yang panjang di negara itu berakhir.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman November turun $3,57, atau 4,6%, menjadi $73,57 per barel di New York Mercantile Exchange setelah membukukan kenaikan 3,7% pada hari Senin. Sementara minyak mentah Brent untuk kontrak pengiriman bulan Desember, sebagai patokan harga global, juga turun $3,75, atau 4,6%, menjadi $77,18 per barel di ICE Futures Europe, sehari setelah ditutup pada $80,93, tertinggi sejak akhir Agustus.
Harga minyak kembali turun dari yang sebelumnya dan lebih tinggi sehari sebelumnya, dengan kinerja tetap naik 8% di bulan ini. Ini terjadi setelah Iran menembakkan sedikitnya 180 rudal balistik ke Israel, dan menimbulkan kekhawatiran bahwa Israel mungkin akan membalas dengan menyerang instalasi minyak Iran.
Pada hari Selasa, wakil kepala Hizbullah Naim Qassem mengatakan bahwa mereka mendukung upaya gencatan senjata dengan Israel, menurut laporan dari AFP. Paska serangan Israel ke Lebanon yang menewaskan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah. Ada pandangan yang belum sepenuhnya jelas, bahwa Israel dapat pula menerima gencatan senjata tanpa penyerahan penuh dan tanpa syarat dari Hizbullah. Mengutip Reuters, PM Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada hari Selasa bahwa serangan udara Israel telah menewaskan dua penerus Nasrallah, menurut laporan dari Reuters.
Disisi lain, adanya kekhawatiran atas melemahnya permintaan bahan bakar dari Cina turut menyebabkan penurunan harga minyak. Pasar kecewa bahwa Beijing tidak mengumumkan langkah-langkah stimulus lebih lanjut saat investor kembali dari liburan selama seminggu. Pun demikian, harga minyak telah naik sejak awal Oktober di tengah meningkatnya ketegangan Timur Tengah. Serangan Iran terhadap Israel menimbulkan kekhawatiran atas konflik yang lebih luas di kawasan tersebut, “membuat investor gelisah dan memicu ketakutan dari sisi pasokan.”
Sentimen lain adalah terkait badai tropis di AS. Dikabarkan bahwa Badai Milton menguat menjadi badai Kategori 5 dalam perjalanannya menuju Florida sebelum turun kembali ke Kategori 4. Badai tersebut tampaknya tidak akan menghantam sebagian besar fasilitas minyak dan gas alam di Teluk Meksiko. Menurut Reuters , bahwa setidaknya satu anjungan minyak dan gas di Teluk Meksiko ditutup dan bahwa pelabuhan Florida telah memberlakukan pembatasan pada navigasi kapal karena badai tersebut dengan cepat meningkat. Milton diperkirakan akan menerjang daratan pada Rabu malam.
Dengan sejumlah sentimen tersebut dan menitik beratkan pada data ekonomi utama dari AS, termasuk laporan indeks harga konsumen yang akan dirilis pada hari Kamis, dapat membuat pasar minyak mengalami volatilitas di sisa perdagangan dalam minggu ini. Ada banyak kekuatan yang memengaruhi harga minyak, dimana hal ini dapat menyebabkan perubahan harga yang signifikan.
Badan Informasi Energi akan merilis laporan pasokan minyak AS mingguannya pada hari Rabu. Rata-rata, analis yang disurvei oleh S&P Global Commodity Insights memperkirakan laporan tersebut akan menunjukkan kenaikan 1,4 juta barel dalam persediaan minyak mentah komersial untuk minggu yang berakhir pada 4 Oktober. Mereka juga memperkirakan penurunan persediaan mingguan sebesar 1,5 juta barel untuk bensin dan 1,8 juta barel untuk sulingan.