ESANDAR – Pada hari Kamis (23/01/2020), bursa saham Asia mengalami penurunan diawal perdagangan. Jumlah kematian meningkat akibat virus Corona di China menimbulkan kekhawatiran pasar.
Indek Nikkei 225 Jepang tergelincir 0.75% setelah data perdagangan Jepang dirilis menunjukan ekspor turun lebih dari yang diharapkan pada bulan Desember. Ekspor Jepang untuk Desember turun 6.3% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, data dari Kementrian Keuangan negara tersebut. Sementara indeks Kospi Korea Selatan mengalami penurunan 0.52%.
WHO sendiri menunda keputusan apakah akan menyatakan penyakit ini sebagai kondisi darurat kesehatan global atau tidak dalam pertemuan hari Rabu.
Penurunan saham Asia menyebabkan keuntungan mata uang aset safe haven sebagai pengalihan resiko seperti mata uang yen dan juga emas. Pasangan mata uang USD/JPY turun ke level 109.600 menjauhi level kunci 110.000. Sementara emas atau gold naik diatas level $1560.00 per ounce.
Sebelumnya di hari Rabu, bursa saham Asia berakhir di zona hijau. Respon pemerintah China terhadap wabah virus Corona meredakan kekhawatiran akan epidemi global. Pun demikian, bursa Shanghai masih tergelincir. Kekhawatiran tentang penularan, terutama karena jutaan orang bepergian untuk perayaan Tahun Baru Imlek, telah membawa pasar saham ke zona merah.
Shanghai Composite index (SSEC) pulih dari penurunan awal 1,4% hingga diperdagangkan 0,01% lebih tinggi. Pasar di tempat lain menguat, sementara aset yang aman seperti emas, obligasi dan yen Jepang mengembalikan sebagian kenaikan hari Selasa.
Indeks MSCI saham Asia-Pasifik di luar Jepang naik 0,71%, memulihkan hampir setengah penurunan Selasa. Indek Nikkei Jepang, Kospi Korea Selatan dan Hang Seng Hong Kong semuanya naik lebih dari setengah poin persentase.