ESANDAR – Bursa saham global dalam perdagangan hari Rabu (04/09/2019) menguat, menyusul dicabutnya RUU Ekstradisi oleh Pemimpin Hong Kong, Carrie Lam. Pencabutan RUU ini dianggap sebagai langkah tepat, karena ini memicu aksi protes selama tiga bulan terakhir ini.
RUU itu akan memungkinkan warga Hong Kong untuk dikirim ke Cina daratan untuk diadili. Ini memicu protes besar-besaran yang menjadi semakin keras dan menyebabkan bandara ditutup awal bulan ini. Namun Lam mengatakan dalam pesan televisi yang direkam sebelumnya pada hari Rabu bahwa pemerintah tidak akan menerima tuntutan lain, termasuk penyelidikan independen terhadap dugaan pelanggaran polisi terhadap pengunjuk rasa. Namun, dia menunjuk dua anggota baru ke agen pengawas polisi yang menyelidiki masalah ini.
Para pengunjuk rasa juga menuntut pembebasan mereka yang ditahan tanpa tuduhan, tetapi Lam mengatakan ini tidak dapat diterima.
Indek Hang Seng melonjak 3,9% pada hari Rabu, kenaikan terbaik sejak November, menjelang pengumuman resmi. Di Eropa, saham yang terpapar ke China dan Hong Kong pada khususnya menguat, termasuk saham HSBC Holdings. Bursa Saham A.S. sendiri naik setelah di hari Selasa tersandung, dimana Indek Dow Jones naik 172 poin.
Lam terpilih sebagai kepala eksekutif Hong Kong oleh komite elit Hong Kong yang pro-Beijing, dan pemerintah daratan telah berbicara untuk mendukung pemerintahnya dan kepolisian kota selama protes berlangsung.
Bentrokan antara polisi dan pemrotes menjadi semakin ganas, dengan demonstran melemparkan bom bensin dan tongkat pada petugas dalam protes akhir pekan lalu. Pihak berwenang pada gilirannya telah menggunakan meriam air, gas air mata, peluru karet dan pentungan. Lebih dari 1.100 orang telah ditahan.
Sebagian besar pengunjuk rasa adalah kamu muda yang menyatakan bahwa tindak kekerasan diperlukan untuk mendapatkan perhatian pemerintah setelah demonstrasi damai sia-sia. Pemerintah Lam mengatakan kekerasan itu harus berakhir sebelum dialog dimulai.
Di Beijing, Mainland Office yang bertanggung jawab atas Hong Kong mengecam kekerasan yang meningkat dan memperingatkan bahwa China tidak akan “duduk diam” jika situasinya memburuk.
Protes yang berkepanjangan telah melukai ekonomi Hong Kong di tengah perlambatan ekonomi Tiongkok dan perang dagangnya dengan Amerika Serikat. (Lukman Hqeem)