ESANDAR, Jakarta – Harga Emas berakhir turun dalam perdagangan di hari Selasa (16/07/2019) karena kenaikan penjualan ritel AS. Data ini mendorong dolar AS menguat, dimana Indek Dolar AS naik 0,5% dan menekan harga logam mulia.
Harga di bursa Comex turun $ 2,30, atau 0,2%, berakhir di $ 1,411.20 per troy ons. Dalam perdagangan sebelumnya, emas membukukan penyelesaian kontrak yang paling aktif di harga tertinggi sejak 3 Juli, pada $ 1.420,90. Ini merupakan harga tertinggi sejak Mei 2013.
Penguatan Dolar AS juga didukung dengan melemahnya Euro dan Poundsterling. Dalam perdagangan EURUSD dan GBPUSD, keduanya melemah dan meredam daya naik yang dimiliki pasar emas. Meski demikian, turunnya pasar saham berkontribusi dalam menjaga tren harga emas tetap bullish.
Indek saham A.S., Dow Jones dan S&P 500 diperdagangkan lebih rendah setelah perdagangan emas berjangka berakhir. Posisi penutupan tidak jauh dari posisi tertinggi sepanjang masa pada perdagangan di hari Senin. Prospek perdagangan emas masih terjaga untuk menguat, level resistensi kuat ada di $ 1.500 per troy ounce.
Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell, dalam paparannya di hadapan anggota Kongres selama dua hari pekan lalu, tidak menawarkan dorongan kembali ke ekspektasi pasar untuk pergerakan suku bunga ketika pembuat kebijakan bertemu 30-31 Juli, kata para analis. Suku bunga yang lebih rendah adalah bullish untuk emas karena mengurangi persaingan antara berinvestasi dalam keamanan yang dirasakan dari utang negara dan emas.
Di antara data ekonomi yang dirilis pada hari Selasa, data penjualan ritel AS mengungkapkan kenaikan 0,4% pada Juni, tetapi biaya barang impor pada Juni turun 0,9%, jumlah paling curam dalam enam bulan, sementara produksi industri bulan lalu datar. (Lukman Hqeem)