ESANDAR, Jakarta – Data ekonomi terkini dari China menyebutkan bahwa ekspor menyusut di bulan April, sementara impor naik untuk pertama kalinya dalam lima bulan terakhir. Hasil ini memberikan gambaran bagaimana perang dagang yang dilancarkan AS kepada China, memberikan pukulan pada tingkat ekspor dan gangguan bagi perekonomian China.
Data perdagangan terbaru, yang biasanya akan dituangkan untuk petunjuk tentang bagaimana ekonomi terbesar kedua di dunia itu, telah benar-benar dikalahkan oleh kekhawatiran dari perang perdagangan AS-Cina yang semakin meningkat, daripada mendekati resolusi seperti yang diharapkan banyak investor.
Para perunding tingkat tinggi China dan AS akan bertemu di Washington dalam dua hari ke depan, karena Beijing berusaha menghindari kenaikan tajam dalam tarif atas barang-barangnya yang disampaikan oleh Presiden Donald Trump yang akan mulai berlaku pada hari Jumat.
Ekspor turun 2.7 persen dari tahun sebelumnya, sebagaimana data bea cukai yang dirilis pada hari Rabu (08/05). Survei Reuters atas sejumlah Ekonom memperkirakan pertumbuhan China bakal melambat menjadi 2.3 % paska melonjak 14.2 % di bulan Maret.
Sementara Impor, mengalami kenaikan dan mengalahkan ekspektasi awal diangka 4% dari tahun ke tahun. Hasil ini melampui ekpektasi yang memperkirakan akan menurun 3.6 % dan penurunan 7.6 % dibulan Maret. Kenaikan impor ini mencerminkan naiknya permintaan domestik disaat Beijing meluncurkan lebih banyak stimulus, seperti naiknya pengeluaran untuk pembangunan jalan, kereta api dan pelabuhan.
Hasilnya, surplus perdagangan China dibulan April hanya sebesar $ 13.84 miliar, lebih kecil dari perkiraan $ 35 miliar. (Lukman Hqeem)