ESANDAR, Jakarta – Penjualan ritel di Australia mengalami masa-masa sulit. Di Kwartal pertama tahun ini saja, mereka membukukan penjualan paling rendah dalam tujuh tahun terakhir. Kenyataan ini menjadi pertanda buruk bagi perekonomin di Negara Kanguru tersebut. Tak heran bila Bank Sentral Australia (Reserve Bank of Australia, RBA) untuk mempertimbangkan kembali rencana menurunkan suku bunganya.
Penjualan department store melemah sementara permintaan untuk makanan dan makan di luar rumah tetap tinggi. Data ini akan mendorong RBA untuk mempertimbangkan penurunan suku bunga jangka pendek dan juga harus menurunkan prospek pertumbuhannya.
Biro Statistik Australia (ABS) melaporkan pada hari Selasa (07/05) bahwa penjualan ritel hanya naik 0,3 % pada bulan Maret dibandingkan dengan bulan Februari yang mampu naik sebesar 0,9 %. Memang angka ini masih lebih baik dari perkiraan awal sebesar 0,2 %. Dalam hitungan perkwartal, penjualan mengalami penurunan sebesar 0,1 %, berdasarkan dengan penyesuaian inflasi dimana angka ini merupakan yang paling rendah dalam tujuh tahun terakhir, sejak Kwartal ketiga 2012. Pada Kwartal sebelumnya, dibulan Desember, tingkat penjualan memang sudah datar-datar saja.
Disisi lain, pertumbuhan Australia saat ini diketahui mengalami pertumbuhan, sayangnya penjualan ritel dibulan Maret yang setidaknya sebesar $1,9 trilyun ini dianggap tidak memberikan kontribusi. Hasil ini sekaligus menambah bukti-bukti baru dari proyeksi pertumbuhan yang fluktuatif. Pengeluaran rumah tangga Australia sendiri setidaknya menyumbang sekitar 57% dari pendapatan domestic nasional secara tahunan. (Lukman Hqeem)