ESANDAR, Jakarta – Jerman akan memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi di tahun 2019 ini, parahnya hingga separuh dari perkiraan sebelumnya. Pemangkasan ini memberikan cerminan bagaimana memburuknya perlambatan ekonomi di Jerman terkait dengan resesi di sektor manufaktur.
Pemerintah Jerman akan mengeluarkan perkiraan ini di pekan depan, menurut perkiraan turun 0.5%, lebih rendah dari perkiraan 0.8% yang dikeluarkan oleh lembaga ekonomi terkemuka Jerman sebelumnya.
Kementerian Ekonomi mengatakan produsen Jerman yang bergantung terhadap ekspor kemungkinan akan terus merasakan tekanan akibat penurunan laju pesanan dari luar negeri dan bahwa negara tersebut akan mendapatkan dukungan pertumbuhan dari mayoritas aktivitas pasar domestik. Sektor jasa dan konstruksi yang solid, harus lebih dari sekedar mengimbangi penurunan manufaktur di kuartal pertama.
Sejumlah permasalahan seperti sengketa perdagangan yang belum terselesaikan, ketidakpastian terkait rencana keberangkatan Inggris dari Uni Eropa dan perlambatan ekonomi global yang telah memberikan tekanan bagi laju permintaan luar negeri dan tentunya melukai sektor produsen Jerman. Kesemuanya tersebut telah membuat sektor manufaktur mengalami kontraksi dan sekaligus mendorong perlambatan pertumbuhan ekonomi secara lebih luas.
Disebutkan bahwa Menteri Ekonomi Jerman, Peter Altmaier mengharapkan penguatan kembali menjadi 1.5% di tahun depan. Dalam sebuah laporan bulanannya, Kementerian Ekonomi Jerman mengatakan bahwa ekonomi Jerman memberikan gambaran yang beragam, seperti sektor jasa dan konstruksi khususnya yang tetap berada dalam kondisi yang baik, sementara untuk sektor industri tengah mengalami fase yang lemah akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
Sektor industri akan tetap tenang meskipun efek peredam seperti standar polusi yang lebih ketat, memberikan tantangan bagi produsen otomotif serta tingkat air tanah yang rendah berpotensi menganggu laju pengiriman yang telah semakin memudar. Jika perlambatan ekonomi di Jerman semakin memburuk, maka hal ini akan menimbulkan tekanan kepada European Central Bank untuk memberikan lebih banyak stimulus bagi ekonomi di kawasan Eurozone. (Lukman Hqeem)