ESANDAR, Jakarta – Harga emas berjangka pada hari Kamis (11/04) menandai penurunan harian terbesar dan bulan penyelesaian terendah hingga saat ini, dengan jatuhnya harga emas di bawah level psikologis dan teknis yang signifikan pada $ 1.300.
Untuk kontrak bulan Juni, harga Emas di bursa Comex turun $ 20,60, atau 1,6%, menetap di harga $ 1.293,30 per troy ons. Ini merupakan harga penutupan terendah dan tercatat sebagai kerugian dalam satu sesi terbesar untuk kontrak paling aktif sejak 28 Maret. Aksi jual ini menandai pembalikan tajam dalam momentum di logam mulia setelah ditutup pada $ 1.313,90 di hari Rabu. Tercatat sebagai penutupan harga tertinggi sejak 26 Maret, sekaligus mewakili kemenangan beruntun terpanjang, untuk sesi berturut-turut, sejak kenaikan lima hari yang berakhir pada 31 Januari.
Data ekonomi AS yang menunjukkan laju inflasi, member dorongan penguatan Dolar AS. Sesuatu yang akan langsung menjatuhkan Emas. Indek inflasi ditingkat produsen datang lebih tinggi dari yang diantisipasi. Terlebih dengan analisis lebih lanjut dari risalah FOMC telah menyiapkan pertempuran untuk menahan $ 1.300 serta perkembangan Brexit yang tertunda, membuat emas sebagai aset safe haven meluruh pamornya.
Namun demikian, pelaku pasar masih yakin harga emas mampu berbalik naik kembali dalam satu atau dua minggu kedepan paska pelemahan ini berputar. Indek Dolar AS sendiri naik 0,2% ke 97,183, memberikan tantangan bagi kenaikan harga emas. Greenback, disisi lain memang diperdagangkan 0,2% lebih rendah minggu ini.
Dalam catatan sepekan, harga emas berbalik sedikit lebih rendah untuk minggu ini, tetapi dapat dilihat dukungan kenaikan di awal minggu ini karena kekhawatiran atas perlambatan ekonomi memicu permintaan untuk aset safe haven. Di antara sumber kekhawatiran itu adalah pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi oleh Dana Moneter Internasional, sebagai pemotongan ketiga dalam enam bulan terakhir.
Kerentanan emas muncul dalam perdagangan elektronik pada hari Rabu setelah penutupan perdagangan. Harga bergerak lebih rendah setelah rilis risalah pertemuan kebijakan moneter bulan Maret oleh The Federal Reserve. Hasilnya memang tidak mengejutkan. Risalah tersebut kembali mempertegas bahwa the Fed akan berhenti menaikkan suku bunga di tahun ini didorong oleh kegelisahan atas AS dan ekonomi global dan secara mengejutkan menaklukkan inflasi.
Sayangnya, risalah tersebut juga menegaskan bahwa jika data ekonomi terus mendukung pertumbuhan ekonomi, kenaikan suku bunga bisa saja dilakukan di akhir tahun ini. Tak heran, ketika data ekonomi AS yang kemudian hadir dengan nada optimis akan kondisi ekonomi, sontak memberikan angin pada Dolar AS dan menjadi hambatan pada kenaikan harga emas.
Harga emas menambah kerugian setelah data ekonomi menunjukkan klaim pengangguran secara mingguan, pada pekan terakhir hingga 6 April menunjukkan penurunan tajam di bawah 200.000 untuk pertama kalinya sejak 1969, turun 8.000 menjadi 196.000. Secara terpisah, indeks harga produsen Maret naik 0,6% pada bulan Maret di tengah biaya energi yang lebih tinggi. Ekonom yang disurvei oleh MarketWatch memperkirakan kenaikan 0,3%. Inti PPI, tidak termasuk harga makanan dan energi yang fluktuatif, datar di bulan ini, menggarisbawahi pembacaan inflasi yang terus menerus lemah.
Pasar masih berkeyakinan bahwa kenaikan harga dalam waktu dekat masih terjaga. Sikap The Fed yang akan terus memelihara kesabarannya sebelum menaikkan suku bunga lebih lanjut, memberikan ruang bagi emas naik kembali. Jika harga emas masih mampu bertahan kisaran di atas $ 1.300, sentiment untuk naik hingga harga $1325 masih akan terjaga hingga bisa menembus $1350. (Lukman Hqeem)