ESANDAR, Jakarta – Bursa saham AS ditutup melemah tajam pada hari Jumat (22/03), dimana semua indek bursa saham utama mencatat perdagangan satu hari terburuk mereka dalam lebih dari 2 ½ bulan ini. Dorongan penurunan bersumber dari data ekonomi baik Eropa dan AS yang memicu kekhawatiran akan gangguan dalam pertumbuhan ekonomi global. Hal ini dikonformasi dengan ukuran yang diamati dari berbaliknya kurva imbal hasil Obligasi untuk pertama kalinya sejak 2007, memicu kekhawatiran datangnya resesi.
Semua indek saham mengalami penurunan satu hari terbesar mereka sejak 3 Januari dimana Indek Dow Jones jatuh 460,19 poin, atau 1,8%, ke 25.502,32. Indek S&P 500 turun 54.17 poin, atau 1.9%, ke 2.800.71 dan Indek Nasdaq turun 196.29 poin, atau 2.5%, ke 7.642.67. Dalam sepekan ini, indeks saham unggulan Dow Jones turun 1,3%, Indek S&P 500 kehilangan 0,8% dan Nasdaq turun 0,6%.
Kekhawatiran gangguan dalam pertumbuhan ekonomi global mengemuka setelah siklus pembacaan angka bulan Maret indek pembelian manajer, menunjukkan perlambatan lebih lanjut dalam aktivitas di zona Eeuro.
Ketakutan itu diperparah ketika data menunjukkan pertumbuhan di sektor manufaktur AS melambat ke level terendah 21-bulan pada bulan Maret, menurut IHS Markit. Indeks manufaktur turun menjadi 52,5 dari 53 pada Februari dan di bawah 53,5 yang diperkirakan oleh para ekonom. Sementara persediaan grosir AS juga naik 1,2% pada Januari setelah estimasi revisi kenaikan 1,1% pada Desember, kata Departemen Perdagangan. Namun, penjualan rumah yang ada mencapai level tertinggi 11 bulan pada bulan Februari, kata National Association of Realtors. Rumah baru dijual pada tingkat tahunan yang disesuaikan secara musiman sebesar 5,51 juta, meningkat 11,8% dari bulan sebelumnya.
Saat pasar saham di bawah tekanan, investor membeli obligasi, memaksa penyebaran imbal hasil antara Obligasi tenor 3-bulan dan 10-tahun berbalik untuk pertama kalinya sejak 2007. Kondisi ini yang disebut sebagai inversi kurva imbal hasil, di mana tingkat penanggalan yang lebih lama utang jatuh di bawah mitra jangka pendeknya. Kondisi yang demikian ini secara luas dipandang sebagai indikator akan munculnya resesi yang cukup akurat. Imbal hasil obligasi tiga bulan dan 10 tahun adalah yang paling diikuti oleh para ekonom.
Disisi lain, terkait perkembangan perundingan dagang AS – China tetap menjadi berita utama, setelah Presiden Donald Trump mengatakan, “Saya pikir kita sudah sangat dekat” dengan kesepakatan perdagangan dengan China. “Itu tidak berarti kita sampai di sana, tapi saya pikir kita sudah sangat dekat,” katanya di Fox Business Network.
Komentar itu muncul hanya beberapa hari setelah presiden memperingatkan pasar bahwa tarif untuk barang-barang Cina mungkin tetap akan berlaku untuk periode waktu yang substansial, bahkan setelah kesepakatan perdagangan tercapai. Ditegaskan olehnya bahwa ini dilakukan untuk memastikan kepatuhan China terhadap ketentuan-ketentuannya.
Dengan data ekonomi yang lemahm bahkan mampu juga membantu mengirim hasil obligasi pemerintah Jerman ke wilayah negatif pada hari Jumat. Tentu saja akan menyulitkan bagi Departemen Keuangan AS untuk tetap lebih tinggi, dan itu memberi narasi bahwa telah pertumbuhan global telah melambat. Kondisi pasar berada pada titik di mana investor perlu memperhatikan aset berisiko seperti saham dimana sebagaian mereka adalah orang-orang yang pertama kali meretakkan harapan secara keseluruhan akan datangnya resesi yang kian mendekat.
Pasar juga mengingat hasil pertemuan FOMC minggu lalu, dimana The Fed tidak berencana menaikkan suku bunga ditahun ini. Kebijakan ini sekaligus menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap ekonomi tidak sekuat itu. The Fed telah menetapkan nada lunak untuk pasar, dan jika memercayai kemampuan mereka untuk berbagai sudut, dan terus mempertahankan posisi risk-off.
Sejumlah saham menjadi perhatian pasar diantaranya saham Tiffany & Co. yang naik 3,2%, setelah pengecer perhiasan mewah ini melaporkan laba fiskal kuartal keempat yang mengalahkan ekspektasi Wall Street, tetapi melewatkan perkiraan untuk pertumbuhan penjualan toko yang sama. Saham Hibbett Sports Inc. menguat 20% setelah operator toko barang olahraga melaporkan pertumbuhan penjualan toko yang sama sebesar 3,8% versus pertumbuhan rata yang diperkirakan oleh para analis. Perusahaan juga mengeluarkan panduan untuk tahun fiskal 2020 penuh yang melampaui perkiraan.
Sementara saham Nike Inc. merosot 6,6% bahkan setelah perusahaan melaporkan laba kuartal ketiga fiskal yang mengalahkan ekspektasi analis dan pendapatan yang sesuai dengan perkiraan. Stok telah naik 19% tahun-ke-tanggal. Saham GameStop Corp. juga berbalik arah untuk turun 1% setelah pengecer videogame mengumumkan Kamis malam bahwa veteran ritel George Sherman akan mengambil peran chief executive officer di perusahaan.
Dari seberang Atlantik, dilaporkan bahwa bursa saham Eropa tertekan, dimana indek Stoxx 600 Europe meluncur 1,2%. Bursa saham Asia sebelumnya ditutup sedikit lebih tinggi, dimana Indek Nikkei Jepang, Indeks Hang Seng Hong Kong naik. (Lukman Hqeem)