ESANDAR, Jakarta – Dalam perdagangan Jumat (11/01) setidaknya terdapat tiga sentiment yang akan diperhatikan pelaku pasar umumnya. Hasil perundingan AS – China terkait hubungan perdagangan mereka saat ini, penutupan operasional pemerintah AS (Shutdown) dan rencana pemungutan suara di Parlemen Inggris terkait proposal Brexit Perdana Menteri Theresa May.
Ada nada optimis dalam hasil perundingan AS – China yang molor sehari dari rencana perundingan selama dua hari saja. Masalah struktural seperti alih teknologi masih menjadi ganjalan diantara mereka. Namun demikian, kabar baiknya adalah Presiden Donald Trump dikabarkan akan bertemu dengan Wakil Presiden China, Wang Qishan di sela-sela pertemuan tahunan World Economic Forum (WEF) di Davos bulan ini.
Dari Washington, dilaporkan bahwa Presiden Donald Trump memilih untuk meninggalkan perundingan dengan Konggres. Aksi Walkout yang dilakukannya semakin memperpanjang penutupan operasional pemerintah AS hingga hari ini. Hal ini memberikan tekanan bagi Dolar AS dan pasar ekuitas. Sebagaimana yang diingatkan oleh Gubernur Bank Sentral AS, Jerome Powell bahwa penutupan ini akan berdampak merugikan bagi perekonomian AS.
Disisi lain, Jerome Powell juga menyampaikan komentar positif sehingga dolar AS berhasil pulih dari tekanan jual yang menderanya pasca rilis risalah FOMC. Powell mengatakan bahwa dia melihat tidak ada risiko resesi AS dalam jangka pendek dan mengharapkan momentum positif berkelanjutan pada data ekonomi.
Namun, ia pun menegaskan bahwa The Fed dapat “bersabar” pada kebijakan moneter dan dapat bergerak “secara fleksibel dan cepat” jika data ekonomi menjaminnya. Powell tampak percaya diri dalam komentarnya, terutama masalah neraca, yang berarti bahwa The Fed akan terus memperketat kebijakannya, dan itu dapat berarti positif bagi dolar AS.
Ada sejumlah data penting yang bisa mempengaruhi perdagangan hari ini, yaitu data PDB dan manufaktur Inggris dalam kaitannya dengan Brexit yang hingga kini masih belum jelas nasibnya. Indeks inflasi konsumen AS yang akan dirilis juga dapat dijadikan pedoman untuk melihat kesehatan ekonomi negara itu dan kaitannya dengan prospek langkah kebijakan bank sentral AS. (Lukman Hqeem)