ESANDAR, Jakarta – Komisi Pasar Bebas Federal (FOMC) Bank Sentral Amerika Serikat, mengisyaratkan akan menaikkan suku bunga sekali lagi ditahun ini. Risalah pertemuan reguler pada September kemarin.
Dolar AS bertahan dengan hasil risalah pertemuan Komisi Pasar Bebas Federal (FOMC) bulan September. Risalah ini menggarisbawahi ekspektasi bank sentral untuk melanjutkan kenaikan tingkat suku bunga secara bertahap. Indeks Dolar AS, DXY, naik 0,6% menjadi 95,570.
Mayoritas anggota Komisi percaya bahwa suku bunga harus naik sampai ekonomi melambat karena meningkatnya biaya pinjaman, demikian mengutip isi risalah tersebut. Investor sendiri telah berspekulasi tentang kapan siklus kenaikan suku bunga akan berakhir, dengan banyak mengharapkan kenaikan pada 2019 tetapi lebih sedikit dari itu.
Menariknya, dalam pertemuan dibulan September kemarin, The Fed menjatuhkan kata “akomodatif” dari uraian kebijakan moneternya. Meski risalah tersebut menunjukkan adanya beberapa peserta yang berharap kebijakan itu harus menjadi lebih restriktif.
Risalah tersebut mengikuti hasil pertemuan terakhir dibulan September kemarin. Bank sentral AS saat itu menaikkan suku bunga untuk kedelapan kalinya sejak akhir 2015. Kenaikan ini merupakan yang ketiga kalinya tahun ini. Diharapkan akan dilakukan kenaikan suku bunga yang keempat pada bulan Desember. Probabilitas kenaikan pada Desember sebesar 81,4%, naik dari 78,5% pada hari Selasa.
Selain risalah Fed, investor menunggu hasil laporan Departemen Keuangan tentang praktik pertukaran mata uang asing. Sebelumnya Trump telah melabeli melakukan manipulasi kebijakan moneternya, sehingga Dolar AS menjulang atas Yuan. Departemen Keuangan akhirnya memutuskan tidak tepat sangkaan tersebut.
Sementara itu di Brussels, KTT Uni Eropa yang sangat dinanti-nantikan sedang berlangsung. Ketika para pemimpin Uni Eropa tiba, suasana bercampur aduk, dengan ketua juru runding UE, Michel Barnier, mengatakan kepada wartawan bahwa “kami belum ada di sana” dan Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan pekerjaan itu 90% selesai.
Uni Eropa siap memberikan kepada Inggris masa transisi tambahan ketiga kalinya untuk menegosiasikan perjanjian perdagangan. Pelaku pasar mengamati apakah pembicaraan dapat membersihkan jalan untuk pertemuan dibulan November nanti. Pada kesempatan ini diharapkan telah menyelesaikan kesepakatan menjelang dilaksanakannya pemisahan Inggris dari Uni Eropa pada bulan Maret tahun depan.
Kenaikan suku bunga yang diantisipasi pada 2019 telah memberikan dukungan untuk pandangan jangka menengah analis pada Poundsterling Inggris. Dengan latar belakang kondisi tersebut, Poundsterling Inggris dibeli $ 1,3119, turun dari $ 1,3185. Melemahnya mata uang ini sebagian karena data harga konsumen lebih rendah dari yang diharapkan pada hari sebelumnya.
Jon Cunliffe, Wakil Gubernur Bank of England, mengatakan kepada komite parlemen bahwa poundsterling bisa jatuh secara signifikan jika Inggris meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan perdagangan baru di tempat, kata laporan berita.
Dalam data Eropa, inflasi yang diselaraskan di zona euro tidak berubah pada 2,1% untuk tahun yang mengarah ke bulan September, sementara harga konsumen yang diharmonisasikan di bawah harapan di 2,4% dibandingkan 2,6% yang diharapkan. Hal ini membuat Euro melemah tipis dalam perdagangan EURUSD, diambil $ 1,1505 dari $ 1,1577.
Di tempat lain, anggaran Italia tetap di benak investor. Proposal anggaran 2019 negara yang memperkirakan defisit anggaran lebih tinggi, kemungkinan akan mengalami beberapa masalah di Brussels. Wakil menteri Italia di wilayah tersebut Stefano Buffagni mengatakan negara itu, yang merupakan ekonomi terbesar ketiga di zona euro, harus mempersiapkan kemungkinan penurunan peringkat kreditnya. Investor mengkhawatirkan kondisi keuangan Italia, karena negara itu dianggap terlalu besar untuk ditebus dengan cara Yunani. (Lukman Hqeem)