ESANDAR, Jakarta – Awal minggu ini, harga minyak mentah kembali naik setelah Arab Saudi secara mengejutkan melaporkan penurunan produksi minyaknya di bulan Juli.
Kenaikan harga minyak terjadi ditengah aktifitas pengeboran Minyak Shale AS yang menyentuh ke level tertingginya. Harga minyak nampaknya masih akan berlanjut seiring sikap menunggu pelaku pasar atas rincian sanksi baru AS terhadap Iran, salah satu negara pengekspor minyak utama.
Minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate naik sebesar 37 sen atau 0.5% ke $68.86 per barrel. Pada pekan lalu perusahaan-perusahaan energi AS telah memangkas aktivitas rig minyak untuk kedua kalinya dalam tiga minggu terakhir, seiring melambatnya laju pertumbuhan dalam beberapa bulan terakhir.
Sementara itu banyak perusahaan pengeobran US Shale Oil membukukan hasil kuartalan yang mengecewakan dalam beberapa pekan terakhir, akibat meningkatnya tekanan biaya operasional praktek hedging yang merugi serta penurunan harga minyak mentah dari level tertingginya di tahun ini yang berhasil dicapai antara periode Mei dan Juli.
Sementara itu negara eksportir minyak utama dunia, Arab Saudi hanya memproduksi minyak sekitar 10.29 juta barrel per hari di bulan Juli, atau turun sekitar 200 ribu barrel per hari dibandingkan produksi bulan sebelumnya. Penurunan ini terjadi meskipun sebelumnya OPEC berjanji untuk meningkatkan output minyak mereka, sekaligus menjanjikan dukungan bagi pasokan yang lebih terukur. Hingga saat ini hanya tiga negara, yaitu Arab Saudi, AS dan Rusia, yang menghasilkan 10 juta hingga 11 juta barrel per hari, yang mampu memenuhi sekitar sepertiga dari total permintaan terhadap minyak mentah dunia.
Meski terjadi kenaikan harga minyak di awal pekan ini, namun pasar nampaknya masih mengharapkan adanya sentimen yang mampu memberikan tekanan terhadap harga minyak, yaitu melalui terhentinya pengiriman minyak Arab Saudi dari jalur pelayaran Laut Merah Bab al-Mandeb akibat dari terjadinya serangan terhadap dua kapal tanker oleh gerakan milisi Houthi.(Lukman Hqeem)