ESANDAR, Jakarta – Pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (18/05) harga emas berusaha menembus level resistensinya.
Pada perdagangan hari Kamis, harga emas sempat menguat tipis dari 1284.95. Penguatan ini masih sangat rentan. Terbukti saat ini harga emas masih berkutat untuk menembus level resistensi di $1291.70 dan 1296.70. Konfirmasi koreksi lebih dalam akan terbuka jika harga emas gagal bertahan dengan penguatannya ini. Menembus level 1285.00 akan membawa risiko jatuh ke 1280.00 hingga ke 1275.00.
Hingga logam mulia memasuki pasar London hari ini, harga emas saat masih mengalami pelemahannya dengan nuansa akan naiknya suku bunga the Fed yang akan datang. Gubernur Utama Bank Sentral AS, Jerome Powell sendiri sudah menandaskan bahwa suku bunga bank sentral AS harus segera berada di level yang normal pada angka 2,5% di waktu dekat ini. Situasi seperti ini dalam beberapa pekan telah menggiring harga emas untuk mengalami tekanan jual, di mana sejak sebulan terakhir, harga emas sudah turun lebih dari 3%.
Bahkan seperti kita pahami bahwa pasar sudan melihat pergerakan yield obligasi pemerintah AS untuk 10 tahun tetap di atas 3%, atau terbaik sejak 7 tahun silam serta indeks dolar yang membaik lagi mendekati level terbaik 5 bulannya.
Dengan terus bergerak naiknya imbal hasil obligasi pemerintah AS, harga emas (XAUUSD) terus berada di bawah ancaman tekanan jual. Kenaikan imbal hasil mencerminkan berlanjutnya optimisme tentang ekonomi AS dan ekspektasi tekanan harga yang meningkat, memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku bunga pinjaman setidaknya dua kali lagi di tahun ini dan mengangkat nilai greenback.
Penurunan harga emas telah terjadi sejak Beige Book dirilis di 4 pekan lalu dan telah membuat investor percaya bahwa kenaikan suku bunga the Fed memang akan terjadi secara agresif atau lebih dari 3 kali di tahun ini.
Jatuhnya harga emas tertahan dengan sentiment geopolitik. Isyarat dari Korea Utara yang mengingatkan AS akan rencana KTT nanti telah menjelma menjadi faktor pemanas suhu politik dikawasan ini. Pyongpyang juga gerah dengan sikap AS dan Korea Selatan yang justru menggelar latihan militer bersama. Para investor khawatir bahwa pertemuan pada 12 Juni di Singapura nanti bisa batal. Semenanjung Korea bisa memanas lagi. Sejauh ini pula Presiden Trump berusaha merayu Pyongyang untuk tetap hadir dalam pertemuan bulan depan tersebut.
Belum selesainya perundingan perdagangan antara AS dengan Cina juga telah berhasil membatasi sisi jual emas karena investor khawatir perundingan ini bisa menemui jalan buntu sehingga kondisi perang dagang sendiri tidak akan selesai. Hal ini juga dipersulit dengan rencana Jepang yang sedang mengajukan peraturan baru tentang tarif baru impor logam AS ke Jepang dengan nilai $409 juta per tahunnya. (Lukman Hqeem)