ESANDAR, Jakarta – Harga Emas berjangka memperdalam penurunan mereka di bawah harga $ 1,300 per troy ons pada hari Kamis (17/05) untuk menandai penyelesaian terendah 2018.
Jatuhnya harga emas tak lepas dari penguatan Dolar AS dan kenaikan imbal hasil obligasi AS yang mencapai posisi tertinggi dalam tujuh tahun terakhir ini, dengan naik ke 3,12%. Bahkan keuntungan imbal hasil obligasi pemerintah Jerman dengan jatuh tempo yang sama telah naik 250 basis poin. Terakhir kali itu lebih tinggi hampir 30 tahun yang lalu. Hal ini semakin mendukung dolar AS, melawan euro dan juga melawan emas. Indek Dolar AS ICE naik hampir 0,1% pada 93,47, mempertahankan perdagangan pada level tertinggi 2018.
Dengan dinamika pasar tersebut, harga emas untuk kontrak pengiriman bulan Juni turun $ 2,10, atau hampir 0,2%, ke $ 1,289.40 per ons. Ini merupakan titik nadir untuk kontrak paling aktif sejak akhir Desember. Harga emas memang sempat menguat tipis pada perdagangan hari Rabu.
Disisi lain, indikator ekonomi terkini tidak banyak menghalangi ekspektasi pasar bagi kemungkinan kenaikan suku bunga yang lebih tinggi oleh The Fed dalam bulan mendatang. Ini merupakan faktor lain yang membebani kenaikan harga emas.
Indek manufaktur oleh Federal Reserve wilayah Philadelphia melonjak menjadi 34,4 pada Mei dari 23,3 pada bulan April. Angka itu jauh di atas konsensus ekonom sebesar 21 dan merupakan pembacaan tertinggi dalam setahun.Secara terpisah juga ada laporan yang menunjukkan kenaikan klaim tunjangan pengangguran, dalam data satu minggu.
Sementara itu, emas belum menikmati penguatan harga dari perkembangan geopolitik. Harga emas masih berkutat sekitar $ 1.300 – $ 1.350 untuk sebagian besar tahun ini , sebelum bergerak turun dalam pekan ini. Minimnya permintaan aset surgawi kepada logam mulia saat ini menjadi pemberak kenaikan harga emas.
Dalam putaran kedua pembicaraan perang dagang AS – Cina pada hari Kamis masih menyangsikan hasil yang memuaskan. Kondisi ini diperparah dengan cuitan Presiden AS. Sementara itu, KTT antar Korea dengan AS yang dijadwalkan pada bulan Juni nanti, kembali disangsikan akan berjalan setelah Pyongyang mengisyaratkan bahwa Kim Jong Un mungkin akan menarik diri dari KTT tersebut jika AS bersikeras melakukan denuklirisasi. (Lukman Hqeem)