ESANDAR, Jakarta – Rencana Presiden Amerika Serikat, Donald Trump untuk menulis ulang Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) tahun ini tampak tidak dapat dicapai hingga tenggat waktunya. Disisi lain, Korea Utara bakal menarik dari dari rencana pertemuan tingkat tinggi dengan AS jika AS dan Korea Selatan ngotot menggelar latihan militer bersama dalam waktu dekat ini.
Hingga tenggat waktu yang ditentukan hingga minggu ini, para perunding muncul dengan hasil yang terlalu jauh untuk mencapai kesepakatan pada hari Selasa (15/05) kemarin. Ketua DPR AS Paul Ryan telah menetapkan Kamis ini sebagai batas waktu tidak resmi jika pemerintah akan mendorong pakta melalui Kongres yang dikuasai Republik sebelum lembaran baru anggota parlemen tiba di Washington tahun depan, mungkin dipimpin oleh Demokrat.
Pemerintah AS dan Meksiko berharap untuk mencapai setidaknya persyaratan umum dari kesepakatan minggu ini untuk memberikan cukup waktu bagi persetujuan legislatif sebelum akhir tahun. Para perunding berusaha menghindari komplikasi yang berasal dari pemilihan presiden dan kongres pada 1 Juli di Meksiko dan pemilihan paruh waktu kongres AS bulan November. Sebaliknya, Kanada menghadapi sedikit tekanan untuk terburu-buru.
Menteri Ekonomi Meksiko Ildefonso Guajardo mengatakan pada hari Selasa bahwa kesepakatan tidak mungkin pada hari Kamis, menyuarakan kekecewaan terhadap tuntutan AS untuk klausul matahari terbenam lima tahun dan penghapusan mekanisme penyelesaian sengketa Nafta. Tenggat waktu itu adalah yang lunak, tetapi setiap hari setelah tanggal itu tanpa kesepakatan membuat ratifikasi AS atas kesepakatan tahun ini lebih sulit dicapai.
Sementara itu, Korea Utara membatalkan pembicaraan tingkat tinggi dengan Korea Selatan dan mengancam akan membatalkan pertemuan puncak AS – Korea yang direncanakan pada bulan Juni, mengutip keberatannya terhadap latihan militer yang dilakukan oleh AS dan Korea Selatan.
Kantor Berita Pusat Korea Utara mengutip latihan yang melibatkan pasukan udara Korea Selatan dan AS sebagai manuver untuk invasi, menurut kantor berita semi resmi Korea Selatan Yonhap. Latihan ini adalah “provokasi militer yang disengaja bertentangan dengan perkembangan politik yang positif di Semenanjung Korea,” kata Korea Utara, menurut laporan Yonhap. “Amerika Serikat juga harus melakukan pertimbangan hati-hati tentang nasib Korea Utara-AS yang direncanakan. KTT sehubungan dengan keributan militer yang provokatif ini dilakukan bersama dengan pihak berwenang Korea Selatan. ”
Di Washington, juru bicara Departemen Luar Negeri Heather Nauert mengatakan para pejabat AS tidak menerima indikasi bahwa KTT 12 Juni yang direncanakan beresiko karena latihan militer bulan ini, yang diberi kode Max Thunder. (Lukman Hqeem)