ESANDAR, Jakarta – Harga emas mencatat kerugian moderat pada hari Selasa (08/05), menandai dua kali beruntun penurunan oleh penguatan dolar AS. Investor bergairah melakukan aksi beli kembali setelah pasar saham AS juga turun.
Emas untuk kontrak pengiriman bulan Juni turun 40 sen ditutup pada $ 1,313.70 per ounce. Ini merosot pada Senin juga, setelah harga pekan lalu menyentuh sekitar dua bulan terendah. Dolar AS mendapat keuntungan dari pelebaran perbedaan suku bunga antara AS dan Eropa. Keuntungan bunga Obligasi AS dan Jerman berada pada level tertinggi dalam 29 tahun. Indek Dolar AS naik menjadi 93,04, atau naik 0,3%. Kenaikan ini memperpanjang kenaikan ke level yang terakhir terlihat pada bulan Desember.
Apresiasi dolar AS telah menghukum emas, namun fakta bahwa logam kuning tetap di bawah tekanan, meskipun kehati-hatian pasar menjelang pengumuman Trump, lebih kepada kurangnya sentimen pembelian.
Sementara itu, pengumuman dari Presiden Donald Trump, tentang nasib kesepakatan nuklir Iran dan implikasinya untuk perdagangan minyak mentah dan pasar saham, mempengaruhi langkah investor selanjutnya. Trump berpaling dari perjanjian Nuklir Iran dari era Obama di tahun 2015. Bahkan akan memberikan sanksi ekonomi yang paling tinggi skalanya.
Pelaku pasar khawatir bahwa tindakan tersebut Itu bisa memotong pasokan global untuk minyak, memberikan dukungan untuk harga minyak mentah CLM8, + 2.22% yang pada hari Senin mencapai tinggi 3 ½ tahun sebelum menarik kembali hari Selasa. Menjelang pengumuman, pasar saham sebagian besar diperdagangkan lebih rendah.
Bertahannya emas atas penguatan Dolar AS kali ini tak lepas dari kondisi geopolitik Iran, dan perang dagang AS – Cina. Harga emas mendapat dukungan pula dari posisi Euro, dimana perdagangan emas dalam Euro berada pada posisi tertinggi dalam empat bulan ini.
Adapun perkembangan ekonomi domestik AS, Gubernur Bank Sentral AS wilayah Richmond, Thomas Barkin, dalam pidato publik pertamanya sejak mendapatkan pekerjaan itu, mengatakan di hari Senin bahwa dia ingin suku bunga naik lebih tinggi karena ekonomi tumbuh kuat dengan pengangguran rendah. Suku bunga lebih tinggi cenderung bullish untuk dolar dan negatif untuk emas yang dihargakan dalam dolar.
Sementara Gubernur Utama Bank Sentral AS, Jerome Powell mengatakan Selasa pagi kemarin bahwa pasar di negara ekonomi berkembang harus dapat mengelola lebih baik karena ekonomi di negara-negara maju bergerak ke arah kebijakan moneter yang lebih ketat. Pandangan itu juga membantu mendukung uang muka dolar.
Dalam data ekonomi, jumlah lowongan pekerjaan di AS melonjak pada Maret ke rekor 6,55 juta dari 6,1 juta, menunjukkan perusahaan masih bersemangat untuk menambah pekerja dengan ekonomi tumbuh hampir sembilan tahun setelah resesi terakhir. (Lukman Hqeem)