ESANDAR, Jakarta – Bursa saham AS berakhir naik, bangkit dari penurunan sepanjang sesi perdagangan hari Kamis (03/05). Indek Dow Jones bahkan mampu menghapus penurunan intraday tiga digit untuk berakhir lebih tinggi, dalam aksi perdagangan yang berombak. Sebagian investor memilih menunggu data ekonomi kunci mengenai kondisi lapangan kerja yang akan diumumkan pada hari Jumat ini.
Perdagangan yang tidak stabil didukung oleh hasil laporan keuangan per kwartal para emiten yang gagal mengesankan Wall Street. Disisi lain, ketidakpastian atas rencana kebijakan Federal Reserve – meskipun terjadi pembaharuan pada hari Rabu kemarin, masih menimbulkan kekhawatiran atas perang dagang AS-Cina.
Indek Dow Jones naik 5,17 poin, atau kurang dari 0,1%, menjadi 23.930,15, cukup untuk mengakhiri penurunan dalam empat sesi. Sebelumnya, Dow turun sebanyak 394 poin, menembus di bawah rata-rata pergerakan 200 hari di 23.750,30 untuk pertama kalinya sejak awal April. Indeks S&P 500 turun 5,94 poin, atau 0,2% menjadi 2.629,75, setelah sempat menembus level bawah rata-rata pergerakan 200 hari di 2,614.99. Indek Nasdaq ditutup 12,75 poin, atau 0,2%, lebih rendah pada 7.088,15.
Investor menimbang langkah selanjutnya dari the Fed, yang pada Rabu mengakui inflasi AS terus meningkat. Kenaikan suku bunga, bersama dengan neraca Fed yang menyusut, secara luas akan dilihat sebagai salah satu risiko utama yang dihadapi pasar.
Meski demikian, para ekonom melihat bahwa bahasa kebijakan bank sentral masih mengindikasikan kelesuan untuk mempercepat laju kenaikan tarif bahkan jika inflasi telah naik dan menembus target tahunannya sebesar 2%. Sementara yang lain mengatakan bahwa para investor sendiri yang tidak yakin akan kesediaan Fed untuk mentolerir kenaikan inflasi.
Kenaikan suku bunga membawa prospek biaya pinjaman yang lebih tinggi untuk perusahaan dan konsumen, serta penguatan dalam dolar, yang semuanya dapat mengirim riak di pasar saham global.
Pada perkembangan lainnya, dari Beijing dikabarkab bahwa sejumlah pejabat AS dan Cina bertemu untuk diskusi tentang tarif dan masalah perdagangan lainnya. Kekhawatiran permusuhan perdagangan antara dua ekonomi global itu telah mengguncang pasar keuangan dalam beberapa bulan terakhir.
Jatuhnya indek saham hingga menembus batas pergerekan dibawah 200 hari, justru memicu aksi beli kembali secara sistematis. Meski harus diakui bahwa saat ini pasar telah kehilangan pijakan untuk bisa memacu kenaikan yang lebih tinggi. Tidak adanya katalis yang hebat, termasuk laporan keuangan yang mengecewakan ternyata tidak cukup mendorong kenaikan indek saham.
Meskipun kondisi ekonomi AS saat ini berkinerja baik, namun bayang-bayang ketidak pastian tetap menggayut sehingga mengurangi keyakinan para investor untuk mempertahankan suatu sektor sekalipun. Pada akhirnya hal ini membuat tidak ada keyakinan dalam pembelian mereka, yang berdampak pada kepercayaan secara keseluruhan.
Klaim pengangguran naik 2.000 dalam minggu terakhir, meskipun mereka tetap dekat posisi terendah multidecade. Secara terpisah, produktivitas bisnis Amerika naik 0,7% pada kuartal pertama, tetapi ada sedikit pertanda peningkatan jangka panjang dalam apa yang menjadi mata rantai lemah bagi perekonomian AS.
Indeks pembelian manajer layanan Markit untuk bulan April datang pada 54,6, dibandingkan dengan 54 pada bulan Maret. Indek ISM turun lebih dari yang diharapkan pada bulan April, menjadi 56,8, sementara pesanan pabrik naik 1,6% pada bulan tersebut.
Pada perdagangan lainnya,bursa saham Eropa dan Asia mengalami penurunan. Indek Hang Seng turun 1,3%. (Lukman Hqeem)