ESANDAR, Jakarta – Bursa saham Asia, menguat pada Kamis (22/03/2018), setelah The Federal Reserve (FED) menaikkan suku bunga. Hanya bursa di Cina daratan yang terkoreksi. Pasalnya, kenaikan suku bunga The Fed ini mendorong Bank Sentral Cina dan Otoritas Moneter Hong Kong melakukan langkah serupa. Alhasil kedua bursa terbebani.
The Fed menaikkan suku bunga sebesar seperempat persentase poin, yang diperkirakan secara luas, dan mengangkat perkiraan untuk pertumbuhan produk domestik bruto untuk tahun ini dan tahun depan. Sementara itu, The Fed juga mengisyaratkan akan menaikkan suku bunga selama tiga tahun ke depan dengan lebih dari perkiraan pada bulan Desember, tetapi tetap naik tiga kali di tahun ini.
Keputusan ini meyakinkan investor bahwa Fed tidak akan meningkatkan laju kenaikan suku bunga tahun ini, seperti harapan sebagian pihak yang menginginkan empat kali kenaikan. Sehingga mendorong kenaikan di sebagian besar bursa saham. Sayangnya, langkah The Fed mendorong Bank Rakyat Cina melakukan tindakan serupa dengan menaikkan suku bunga jangka pendek, yang membebani saham-saham mereka.
Indek Nikkei naik 1% karena para pialang kembali melakukan aksi beli kembali setelah liburan. Saham energi memimpin kenaikan di Bursa Tokyo karena harga minyak mentah mengalami penurunan, seiring informasi mengejutkan tentang persediaan minyak AS. Minyak Brent naik 0,1% pada $ 69,10 per barel. Indek KOSPI Korea Selatan naik 0,5%.
Pembicaraan dalam Komite Pasar Terbuka Federal, ingin terdengar hawkish dan mencoba untuk tidak menimbulkan kegaduhan dipasar. Namun, langkah PBOC untuk mengikuti Fed mendorong bursa Shanghai turun 0,8%; Bursa saham Shenzhen turun 1,1%. PBOC menaikkan tingkat suku bunga reverse repo untuk tujuh hari, sebagai patokan untuk suku bunga jangka pendek, sebesar 0,05 poin persentase menjadi 2,55%.
Bank sentral de facto Hong Kong juga menaikkan suku bunga untuk menjaga dolar Hong Kong dalam kisaran ketatnya terhadap dolar AS. Indeks Hang Seng turun 0,6% dimana saham teknologi memimpin penurunan. Perusahaan Internet Tencent Holdings membebani indeks setelah melaporkan penurunan margin laba pada bisnis yang mendasarinya. Baru-baru ini turun 3,3%.
Bank-bank sentral bertindak terlalu agresif untuk mendinginkan pertumbuhan ekonomi dapat mengganggu ekonomi global di mana sebagian besar negara tumbuh bersama-sama. Tentu saja kebijakan ini mengandung risiko untuk pasar terlebih bila terjadi kesalahan kebijakan, terutama dengan kebijakan perdagangan. Jika melihat kebijakan tarif, dapat dilihat lebih banyak inflasi harga konsumen karena harga yang lebih tinggi diteruskan kepada konsumen.
Gedung Putih sebagaimana diberitakan, akan mengumumkan sejumlah langkah-langkah hukum yang ditujukan ke Cina, termasuk kesiapan melakukan pungutan sebesar $ 30 miliar, Kamis malam.
Pemerintah AS telah berusaha untuk mengeraskan kebijakan terhadap Cina pada masalah kekayaan intelektual untuk beberapa waktu. Kondisi ini bukan lagi sebuah perang, namun telah menjadi medan pertempuran. Kita hanya menunggu reaksi Cina.
Pandangan suku bunga Fed yang kurang hawkish dari perkiraan dan prospek gesekan perdagangan lebih lanjut menyeret dolar AS turun. Indek Dolar AS, turun 0,3%. Dolar AS baru-baru 0,2% lebih lemah terhadap yen di ¥ 105,86. Imbal obligasi 10 tahun turun 0,04% lebih rendah pada 2,8665%. (Lukman Hqeem).